
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Rabu kemarin (16/10/2019) di zona hijau. Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,2% ke level 6.170,56.
Pada tengah hari tepatnya per akhir sesi satu, IHSG berada di zona merah, yakni dengan koreksi sebesar 0,15% ke level 6.148,74.
Beruntung, IHSG bisa membalikkan keadaan dan ditutup menguat per akhir sesi dua. Per akhir sesi dua kemarin, indeks saham acuan di Indonesia tersebut menguat 0,19% ke level 6.169,59.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga melaju di zona hijau: indeks Nikkei melejit 1,2%, indeks Hang Seng naik 0,61%, indeks Straits Times terapresiasi 0,63%, dan indeks Kospi bertambah 0,71%. Sementara itu, indeks Shanghai jatuh 0,41%.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Kamis (17/10/2019).
1.Digugat Pailit, Saham KPAL Akhirnya Disuspensi BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham (suspensi) PT Steadfast Marine Tbk (KPAL) di semua pasar, mulai sesi II Rabu ini (16/10/2019).
Mengutip keterbukaan informasi di BEI, Rabu sore ini, suspensi dilakukan lantaran adanya pernyataan pailit atas Steadfast Marine oleh Cable Source Pte Ltd.
"Merujuk pada informasi adanya Permohonan Pernyataan Pailit kepada Steadfast Marine selaku Termohon oleh Cable Source dalam laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan nomor perkara 47/Pdt.Sus-Pailit/2019/PN NiagaJkt.Pst tanggal 13 September 2019," kata Goklas Tambunan, Kadiv Penilaian Perusahaan BEI dan Irvan Susandy, Kadiv Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI.
2.Banyak Jatuh Tempo, Emisi Obligasi 2020 Diprediksi Rp 175 T
Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA) memproyeksikan nilai emisi penerbitan obligasi korporasi di tahun 2020 akan mencapai Rp 175 triliun.
Kondisi pasar yang kondusif, tren penurunan suku bunga acuan global dan meredanya tensi dagang AS-China jadi katalis positif bagi penerbitan instrumen surat utang korporasi.
Direktur IBPA Wahyu Trenggono mengutarakan, target tersebut dinilai cukup realistis, sebab di tahun depan, nilai emisi jatuh tempo mencapai Rp 100 triliun, biasanya emisi yang diterbitkan lebih besar dari nilai jatuh tempo.
"Tahun depan diperkirakan penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 155 triliun - Rp 175 triliun," kata Wahyu Trenggono, di Ruang Investology, BEI, Jakarta, Rabu (16/10/2019).
3.Sedikit demi Sedikit, Utang BUMI Rp 8,4 T Lunas 2021
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memproyeksikan dapat melunasi utang tranche A dengan total US$ 600 juta atau Rp 8,4 triliun (kurs Rp 14.000) pada 2021 mendatang, setelah sukses mencicil 7 kali.
"Harapan kami adalah bahwa pada tahun 2021 atau mungkin lebih awal, kita harus dapat menyelesaikan penuh pokok tranche A US$ 600 juta," kata Direktur Independen dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/10/2019).
BUMI yang merupakan perusahaan batu bara terbesar di Indonesia memiliki utang yang terbagi dalam tiga tranche, yakni tranche dengan nilai pokok US$ 600 juta, tranche B senilai US$ 600 juta, dan tranche C senilai US$ 406 juta.
Untuk tranche A, BUMI telah membayar secara tunai sebanyak tujuh kali dengan nilai total US$ 302,2 juta, terdiri atas pokok Tranche A sebesar US$ 191,2 juta dan bunga sebesar US$ 111,0 juta.
Selanjutnya Dileep meyakini pada akhir 2022, BUMI dalam posisi untuk menyelesaikan semua biaya utang tranche A tersebut. "Nah itu rencana kami, kami bisa mempercepat proses pembayaran utang," ujarnya.
4.Bank Artha Graha Gugat PKPU Pengelola Hotel Alila Ubud
PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) mengajukan gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) terhadap emiten properti PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) dan Direktur Utama BUVA, Franky Tjahyadikarta.
Mengacu informasi di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu (16/10/2019), PKPU tersebut telah didaftarkan di Pengadilan Niaga - Pengadilan Negeri Surabaya dengan nomor perkara: 47/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN Niaga Sby pada 10 Oktober 2019.
"Status perkara saat ini baru dalam tahap penetapan Majelis Hakim. Sampai saat ini, 14 Oktober 2019, Perseroan belum menerima surat dari Pengadilan Negeri Surabaya terkait dengan perkara tersebut," ungkap Corporate Secretary Bukit Uluwatu Villa Benita Sofia, dalam pengumumannya.
5.Komentar Fitch Setelah Indosat Jual Ribuan Menara
Fitch Ratings (Fitch) menilai penjualan ribuan menara milik PT Indosat Tbk (ISAT) diperkirakan akan mendorong pertumbuhan industri menara telekomunikasi dan mendorong kenaikan pangsa pasar operator-operator raksasa.
Sebagai informasi, pada 15 Oktober 2019 ISAT menjual 3.100 menara BTS milik perusahaan dengan total nilai transaksi mencapai Rp 6,39 triliun. Sebanyak 2.100 menara dilepas kepada PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai transaksi Rp 4,4 triliun.
Kemudian, sebanyak 1.000 menara dijual kepada PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dengan jumlah transaksi sebesar Rp 1,95 triliun.
Lebih lanjut, dalam riset yang dirilis Rabu kemarin(16/10/2019), Fitch memproyeksi industri menara telekomunikasi tumbuh di 2019-2020 didorong oleh ekspansi belanja modal dari operator telekomunikasi dan peningkatan permintaan untuk koneksi fiber (wholesale fiber connection).
6.Upgrade SDM, Telkom Alokasikan Dana Rp 1 T
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) atau Telkom mengalokasikan anggaran Rp 1 triliun untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Alokasi anggaran tersebut akan digunakan untuk rekruitmen, pelatihan dan kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM Grup Telkom.
"Kami siapkan anggaran untuk training skill orang dan biaya untuk SDM. Dana yang disiapkan Rp 1 triliun untuk memintarkan semua orang di Telkom Group," kata Direktur Human Capital Management Telkom Edi Witjara saat dialog dalam program PowerLunch di CNBC Indonesia, Rabu (16/10/2019).
Edi juga menyampaikan, tahun ini Telkom akan membuka 1.000 lowongan kerja pada 2020. Lowongan ini dibuka untuk memperkuat bisnis semua lini bisnis Telkom Group. Perseroan mencari SDM terbaik untuk mendukung pertumbuhan bisnis perseroan.
7. 9 Bulan, Adhi Karya Dapat Kontrak Baru Rp 7,6 T
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) membukukan nilai kontrak Rp 7,6 triliun hingga September 2019. Realisasi perolehan kontrak baru di September itu didominasi Gedung Kampus Institut Teknologi dan Kesehatan Jakarta senilai Rp 136 miliar dan Gedung Apartemen Grand Central Bogor senilai Rp 250 miliar.
"Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada September2019, meliputi lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 81,7%, properti sebesar 17,9% dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya," tulis manajemen Adhi Karya dalam keterbukaan informasi hari ini, Rabu (16/10/2019).
Berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung sebesar 73,8%, jalan dan jembatan sebesar 3,9%,serta proyek infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalan kereta api, dan proyek-proyek EPC (Engineering, Procurement and Construction) sebesar 22,3%.
Dari segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru dari pemerintah sebesar 17,8%, BUMN sebesar 73,6%, sementara swasta/lainnya sebesar 8,6%.
(tas/tas)https://ift.tt/2VRSvxB
October 17, 2019 at 03:30PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "2 Emiten Digugat Pailit, Telkom Siapkan Rp 1 T Buat SDM"
Post a Comment