Search

Waspada! IHSG Bisa Lengser dari 6.000, Simak Aksi Korporasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan Rabu (2/10/2019), dengan koreksi sebesar 0,22% ke level 6.124,44, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa segera membalikkan keadaan dengan merangsek ke zona hijau.

Sayang, IHSG kemudian kembali ke zona merah dan menjadi nyaman berada di sana. Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut melemah 0,51% ke level 6.106,7.

Per akhir sesi dua, koreksi IHSG bertambah dalam menjadi 1,35% ke level 6.055,43. Dan pada pembukaan perdagangan pagi ini, IHSG kembali melorot dan berpontesi keluar dari level 6.000/

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,49%, indeks Hang Seng jatuh 0,19%, indeks Straits Times melemah 1,5%, dan indeks Kospi terkoreksi 1,95%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham China diliburkan guna memperingati 70 tahun lahirnya Republik Rakyat China.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Kamis (3/10/2019):

1.Perang Dagang, Sritex Bakal Dapat Klien Besar dari AS Rp 14 T
Kecamuk perang dagang antara AS-China yang masih berlanjut memicu perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia masuk dalam rantai pasokan global (supply chain) dan berpotensi meraup keuntungan dari ekses perang dagang mencapai lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$).

Salah satu perusahaan TPT tersebut ialah emiten asal Sukoharjo, Jawa Tengah yakni PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex. Manajemen emiten yang didirikan pada 1966 oleh almarhum H.M. Lukminto ini menegaskan kian banyak menerima pesanan dari beberapa brand besar mode dunia yang ingin mendiversifikasi pemasok garmen mereka jauh dari China.

SRIL sebelumnya memang sudah membuat pakaian untuk beberapa brand besar di antaranya J.C. Penney Co., Guess? Inc., Walmart Inc. dan merek-merek besar lain seperti H&M.

"Salah satu pemain terbesar di AS ingin memindahkan [pemasoknya] secara besar-besaran. [Potensi nilainya] hampir mendekati US$ 1 miliar," kata CEO Sritex Iwan Setiawan Lukminto dalam sebuah wawancara dilansir Bloomberg, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (2/10/2019).

2. TBIG Diduga Jual Saham Tresuri Rp 1,23 Triliun
Penjualan saham perusahaan menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dalam jumlah jumbo Rabu kemarin (2/10/2019) senilai Rp 1,23 triliun diduga merupakan aksi jual saham treasuri perseroan. Penjualan dilakukan ketika harga naik di Rp 6.500 per unit, tapi berapa harga belinya?

"Kemungkinan besar karena penjualan saham treasuri perusahaan, dan jumlahnya mirip sekitar 200 juta saham," ujar Edward Lowis, Senior Analyst PT Sucor Sekuritas, di CNBC Indonesia (2/10/19).

Saham treasuri adalah modal ditempatkan yang dibeli kembali (ditarik dari peredaran) oleh penerbit sahamnya. Status saham treasuri tetap menjadi modal ditempatkan (issued shares), tetapi tidak beredar (not outstanding).

Transaksi saham TBIG di pasar negosiasi dalam jumlah yang besar terjadi pada 10:24 pagi ini, melibatkan 203,91 juta saham perseroan di harga Rp 6.500 per saham, di atas harga pasarnya yang saat itu masih Rp 6.175 per saham.

3.BI Rate Turun, BRI Buka Peluang Penurunan Bunga Kredit
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali membuka ruang penurunan suku bunga kredit. Hal ini sejalan dengan langkah Bank Indonesia yang sudah memangkas suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 75 basis poin menjadi 5,25% sepanjang tahun berjalan.

Sebelumnya, pada Agustus lalu, bank dengan kode saham BBRI ini sudah menurunkan suku bunga kredit pada segmen kredit mikro, ritel dan konsumer hingga 50 basis poin (bps) pada awal Agustus lalu. Penurunan suku bunga ini untuk memberikan ruang pertumbuhan kredit yang lebih tinggi.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menyampaikan, perseroan akan kembali merespons suku bunga kredit dengan mempertimbangkan arah kebijakan suku bunga acuan The Federal Reserve dan memperhatikan kondisi likuiditas perbankan.

"Iya, bunga kredit kita sesuaikan, referensinya Fed Funds Rate dan likuiditas," kata Haru, usai paparan publik di Jakarta, Rabu (2/10/2019).

4. 2 Emiten Menara Diguyur Pinjaman Hingga Rp 10 T
Dua perusahaan penyedia menara telekomunikasi terbesar di negara ini, PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk. (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mendapatkan kucuran dana segar berupa pinjaman. Secara total keduanya memperoleh dana dari krediturnya mencapai Rp 10 triliun.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis kedua perusahaan ini di Bursa Efek Indonesia (BEI), seluruh dana ini diberikan oleh pihak kreditor kepada 13 anak usaha dari TBIG dan dua anak usaha dari TOWR.

Jika dielaborasi lebih lanjut, konsorsium kreditor memberikan pinjaman senilai total US$ 375 juta (Rp 5,34 triliun, asumsi kurs saat pinjaman diberikan Rp 14.244/US$). Pinjaman ini diberikan oleh sejumlah bank asing seperti ANZ Banking Group Ltd, CIMB Bank Berhad Singapore Branch, CACIB, DBS Bank Ltd, Mizuho Bank Ltd, OCBC Ltd, HSBC Ltd Singapore Branch dan UOB Ltd.

5. Incar Milenial, Kemenkeu Bidik Rp 9 T dari Penerbitan ORI016
Kementerian Keuangan memproyeksikan target indikatif dari penerbitan instrumen surat utang Obligasi Negara Ritel (ORI) Seri 016 dapat mencapai Rp 9 triliun. Nilai ini dinilai lebih tinggi dari target penerbitan instrumen ritel sebelumnya karena dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

ORI Seri 016 dengan tingkat kupon 6,8% ini adalah instrumen SBN ritel ke-9 yang diterbitkan Kemenkeu sepanjang tahun ini dari target 10 instrumen dengan target raihan dana Rp 60 triliun.

"[Target indikatif] Rp 9 triliun untuk penerbitannya [ORI016], memang ini berbeda dengan sebelumnya, ini kan tradable [dapat diperdagangkan di pasar sekunder], lebih likuid, jadi targetnya lebih besar," ungkap Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Luky Alfirman saat acara peluncuran ORI016 di Jakarta, Rabu (2/10/2019).

Saat ini, penjualan ORI-016 sudah difasilitasi oleh 14 bank, empat sekuritas, dan lima perusahaan keuangan berbasis teknologi (fintech). (hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2o31DmH
October 03, 2019 at 04:06PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Waspada! IHSG Bisa Lengser dari 6.000, Simak Aksi Korporasi"

Post a Comment

Powered by Blogger.