
Tetapi hingga hari ini, Iran yang belum "balas dendam" membuat pelaku pasar lebih tenang, sentimen sedikit membaik, dan kembali masuk ke aset berisiko yang berimbal hasil tinggi.
Dampaknya, dolar AS berhasil memukul balik yen. Pada pukul 10:03 WIB, yen diperdagangkan di level 108,48/US$, melemah 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Senin kemarin, yen melemah 0,26%.
Meski sama-sama menyandang status aset aman (safe haven), tetapi saat terjadi gejolak geopolitik maupun finansial, yen selalu lebih unggul dibandingkan dolar AS.
Penyebabnya, Jepang merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Saat terjadi gejolak di pasar finansial seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
Tetapi kini, dengan membaiknya sentimen pelaku pasar, arus modal sepertinya kembali keluar dari Jepang, dan menuju instrumen yang berimbal hasil tinggi.
"Pasar masih mencerna dampak dari situasi di Iran" kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA New York.
"Kita melihat dolar sedikurt melemah melawan mata uang safe haven lainnya, tapu saya pikir minat terhadap aset berisiko akan kembali. Jika Iran membalas AS, para pelaku pasar tahu akan risikonya" tambah Moya, sebagaimana dilansir CNBC International.
Seperti diketahui sebelumnya, situasi di Timur Tengah memanas sejak pekan lalu setelah ada Jumat (3/1/2020) pesawat tanpa awak AS melancarkan serangan di Bandara Baghdad yang menewaskan Jenderal Quds Force, pasukan elite Iran, Qassim Soleimani bersama dengan wakil komandan milisi Irak yang didukung Iran atau yang dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF).
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS. "AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).
Sementara pada Sabtu (4/1/2020) waktu Washington, Presiden AS Donald Trump, melalui akun Twitter-nya memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.
(pap/pap)
https://ift.tt/2uktNME
January 07, 2020 at 05:11PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Iran Belum "Balas Dendam", Dolar AS Pukul Balik Yen"
Post a Comment