
Bahkan negara kerjaan ini menggelontorkan dana hingga US$ 67,7 juta di 2018 untuk keamanan negaranya. Karenanya sebagian pengamat menilai sangat aneh mengapa Saudi tidak bisa melindungi fasilitas penting negaranya dari sebuah drone.
"Saya pikir pemimpin Saudi harus menjelaskan, bagaimana negara peringkat tiga terbesar dalam dana pertahanan negara.. tidak bisa mempertahankan barangnya yang sangat kritis. Saya tidak bisa memahami ini, ini merupakan fasilitas kilang minyak yang sangat kritis dari serangan lain semacamnya," kata mantan Duta Besar AS untuk Oman Gary Grappo sebagaimana dilansir dari CNBC International.
Saudi Arabia adalah eksportir minyak terbesar di dunia. Serangan pemberontah Hiouthi di Yaman mengurangi 5,7 juta barel per hari (bph) produksi minyak mentah Saudi atau lebih dari 5% dari pasokan dunia.
Seharusnya, menurut Grappo ini bisa Saudi antisipasi."Kita bicara soal drone. Sekarang, drone itu sangat mudah dideteksi. Biar bagaimanapun mereka (Arab Saudi) harus dapat melihat bahwa ini adalah kemungkinan yang kuat (bisa terjadi) mengingat serangan sebelumnya yang mereka alami di fasilitas minyak sebelumnya, bandara dan tempat lain," jelasnya lagi.
Apalagi, serangan Sabtu lalu, bukanlah serangan yang pertama. Kilang pengolahan minyak Abqaiq sebelumnya pernah diserang oleh militan Al-Qaida di 2006.
Sementara itu, pendiri dan presiden konsultan Rapidan Energy Group Bob McNally mengaku kecewa dengan Arab Saudi. Seharusnya Riyadh bisa "meningkatkan pertahanan," terutama setelah upaya al-Qaeda sebelumnya untuk menyerang fasilitasnya.
"Agak mengkhawatirkan bahwa orang-orang ini bisa lewat. Kami melihat foto-foto yang dirilis oleh administrasi Trump - mereka sangat tepat, mereka tahu persis apa yang harus dipukul, mereka memukulnya dengan sempurna," ujarnya.
(sef/sef)
https://ift.tt/32REdQ3
September 18, 2019 at 02:49PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Anggaran Keamanan Besar, Kok Saudi Gampang Diserang Drone?"
Post a Comment