
Di Indonesia memang babi bukan kebutuhan pokok mayoritas populasi dan risiko pada inflasi bukan faktor, tapi bila kejadian wabah flu babi Afrika masuk ke Indonesia, kondisinya bakal juga bikin pusing.
Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan pemerintah harus bergerak cepat untuk melakukan antisipasi penyebaran flu babi Afrika ke dalam negeri. Bila sudah kejadian, maka peternak akan dirugikan dan tentu masyarakat pengonsumsi babi.
"Ini cukup berbahaya, tapi sejauh ini Indonesia belum ada sama sekali kasus yang terjadi China," kata Hari kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/9)
Ia bilang bila penyakit flu babi Afrika sampai masuk ke Indonesia maka konsekuensinya seperti yang dilakukan di China, yaitu melakukan pembantaian babi se- Indonesia, dan proses pemulihan dalam memastikan penyakit itu hilang butuh waktu lama.
"Sejauh ini, saya belum lihat ada antisipasi ada antisipasi dari pemerintah, kami belum diundang, apakah ini kita tidak dilibatkan. Mudah-mudahan saya yang salah," katanya.
Hari berharap banyak kejadian di China tak terjadi di Indonesia. Khususnya para peternak babi di Bali, tentu akan menderita bila sampai kejadian seperti di China.
Pada Juli, analis di Dutch bank Rabobank memperkirakan, bahwa pasokan babi China turun sekitar 40% dari tahun 2018. Ia memperkirakan bahwa kawanan babi China dapat menyusut setengahnya pada akhir 2019, dibandingkan dengan tahun lalu.
Menurut Biro Statistik Nasional China, kekurangan telah menyebabkan harga daging babi melambung.
"Intervensi oleh pemerintah China untuk menghentikan penyebaran Demam Babi Afrika (ASF) dan mengurangi dampaknya terhadap harga daging babi, terbukti tidak efektif...Akibatnya, Inflasi tahun depan akan naik di atas target pemerintah untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade," kata Evans-Pritchard dalam catatan itu.
Di China, harga babi membuat kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu khawatir. Bahkan, pemerintah China menargetkan persoalan ini harus segera selesai sebelum ulang tahun ke-70 negara tersebut.
Pasalnya harga babi sudah naik sangat signifikan selama 17 bulan terakhir. Pada Agustus, harga daging babi naik 46,2% dibanding Juli lalu. Harga babi diperdagangkan sekitar 30-33 yuan atau sekitar US$ 4 per kilogram.
Kelangkaan daging babi terjadi karena penyakit flu babi Afrika. Meski tidak menulari manusia, penyakit ini membuat pembantaian massal babi yang terkena penyakit di sentra peternakan China.
Impor daging babi China 2019 diramal meningkat dua kali lipat dari tahun lalu menjadi 2 juta ton. Pasalnya, flu babi yang berasal dari Afrika bakal memukul produksi babi di China.
Sedangkan bila dibandingkan dengan Indonesia, pasokan babi bukan jadi persoalan. Selain bukan kebutuhan utama mayoritas populasi penduduk, produksi dan populasi babi di Indonesia jauh melampaui kebutuhan. (hoi/hoi)
https://ift.tt/31wzMd9
September 18, 2019 at 02:52PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Awas! Bila Main-Main, Babi Bisa Bikin Pusing RI Seperti China"
Post a Comment