
Penguatan indeks-indeks di Wall Street dipicu naiknya (rebound) imbal hasil obligasi global, sementara investor juga mencerna data perdagangan China yang lebih baik dari perkiraan.
Data perdagangan mencatat, Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 371,12 poin atau 1,4% menjadi 26.378,19, Indeks S&P 500 juga melesat 1,9% menjadi 2.938,09, sementara Indeks Nasdaq Composite juga meroket 2,2% menjadi 8.039,16.
Kenaikan tersebut akhirnya mampu memulihkan kerugian investor yang dialami sejak perdagangan Senin. Saat itu, Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 turun hampir 3%, sementara Nasdaq turun 3,5%.
Indeks di bursa Wall Street ini sempat mencapai posisi terendah pekan ini pada Rabu lalu sebelum melakukan comeback alias rebound.
"Ini sangat normal [naik lagi] setelah goncangan pasar," kata Keith Lerner, Kepala Strategi Pasar di SunTrust Private Wealth, dikutip CNBC International, Jumat ini (9/8/2019).
"Biasanya, ada gerakan tajam ke bawah, membuat investor keluar. Anda bisa merasa lengang di satu sisi, tapi ketakutan dan ketamakan mulai 'bertempur' [dalam diri Anda]. Anda membuat beberapa orang berpikir ini 'ada sesuatu yang besar' dan membuat mereka [investor] melepas saham. Tapi kemudian Anda membuat orang datang lagi ingin membeli [saham]," katanya.
Saham-saham sektor teknologi memimpin kenaikan indeks setelah melonjak 2,9%. AMD adalah saham dengan kinerja terbaik di sektor ini, melonjak 16,2% karena investor menyambut rilis chip generasi kedua untuk pusat data yang dikeluarkan perusahaan tersebut.
Saham Disney juga berkontribusi dan naik 2,3% setelah analis Credit Suisse merekomendasikan saham raksasa media tersebut. Analis menilai rencana perusahaan meluncurkan Disney+, layanan streaming perusahaan, menjadi katalis positif.
Yield atau imbal hasil obligasi AS yang menjadi benchmark yakni US Treasury tenor 10-tahun dipatok yakni sebesar 1,72% setelah turun di bawah 1,6% pada sesi sebelumnya.
Lonjakan imbal hasil obligasi global bertepatan dengan laporan Reuters, yang mengatakan Jerman mempertimbangkan untuk mengeluarkan utang baru dalam membiayai paket perlindungan iklim. Laporan itu mengutip dari seorang pejabat senior pemerintah Jerman.
Meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat telah memperkuat kekhawatiran dalam beberapa hari terakhir. Serangkaian penurunan suku bunga dari bank sentral di seluruh dunia memicu kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global.
Data ekspor dari China juga membantu menenangkan bursa Wall Street. China mengatakan ekspor naik 3,3% secara year on year pada Juli. Data tersebut membantu bursa saham Asia juga naik kemarin.
(tas)
Saham-saham sektor teknologi memimpin kenaikan indeks setelah melonjak 2,9%. AMD adalah saham dengan kinerja terbaik di sektor ini, melonjak 16,2% karena investor menyambut rilis chip generasi kedua untuk pusat data yang dikeluarkan perusahaan tersebut.
Saham Disney juga berkontribusi dan naik 2,3% setelah analis Credit Suisse merekomendasikan saham raksasa media tersebut. Analis menilai rencana perusahaan meluncurkan Disney+, layanan streaming perusahaan, menjadi katalis positif.
Yield atau imbal hasil obligasi AS yang menjadi benchmark yakni US Treasury tenor 10-tahun dipatok yakni sebesar 1,72% setelah turun di bawah 1,6% pada sesi sebelumnya.
Di Jerman, obligasi milik negara itu, Bund tenor 10-tahun memberikan yield negatif 0,5% setelah berada di level negatif 0,6% (rekor terendah) di sesi sebelumnya.
Lonjakan imbal hasil obligasi global bertepatan dengan laporan Reuters, yang mengatakan Jerman mempertimbangkan untuk mengeluarkan utang baru dalam membiayai paket perlindungan iklim. Laporan itu mengutip dari seorang pejabat senior pemerintah Jerman.
Meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat telah memperkuat kekhawatiran dalam beberapa hari terakhir. Serangkaian penurunan suku bunga dari bank sentral di seluruh dunia memicu kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global.
Selandia Baru, India dan Thailand kompak memangkas suku bunga.
"Hasil dari semua ini adalah jatuhnya tingkat [pertumbuhan ekonomi] global," kata Michael Shaoul, CEO Marketfield Asset Management, dalam sebuah catatan dikutip CNBC International.Data ekspor dari China juga membantu menenangkan bursa Wall Street. China mengatakan ekspor naik 3,3% secara year on year pada Juli. Data tersebut membantu bursa saham Asia juga naik kemarin.
https://ift.tt/2OMdBxs
August 09, 2019 at 03:24PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekspor China Positif, Bursa Wall Street Ditutup Menguat"
Post a Comment