Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka stagnan di perdagangan pasar spot hari ini. Namun beberapa saat kemudian rupiah masuk zona merah. Pada Rabu (21/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.255 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Akan tetapi itu tidak lama. Pada pukul 08:08 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.260 di mana rupiah melemah 0,04%. Rupiah bergabung dengan mayoritas mata uang utama Asia yang juga melemah di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya ringgit Malaysia dan peso Filipina yang masih mampu menguat. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:08 WIB: Gaduh politik di berbagai negara membuat investor memilih bermain aman. Di Italia, Perdana Menteri Giuseppe Conte mengundurkan diri setelah berseteru dengan sang wakil, Matteo Salvini. Menurut Conte, Salvini kerap kali membahayakan kepentingan nasional dan perekonomian Negeri Menara Pisa. "Beliau menunjukkan telah mengikuti kepentingannya sendiri dan partainya. Kebijakannya menyebabkan risiko serius terhadap negara. Tindakannya menyebabkan negara terjebak dalam ketidakpastian dan instabilitas keuangan," tegas Conte, seperti diwartakan Reuters. Salvini, yang berasal dari Partai Liga, adalah sosok yang kontroversial. Salah satunya kala terlibat friksi dengan Uni Eropa seputar anggaran negara.
Baca: Bagaimana Dampak Krisis Politik Italia ke Indonesia?
Tahun lalu, Brussel menolak fiskal yang diajukan Roma karena dinilai terlalu ekspansif, yang bisa membawa Italia ke jurang krisis.
Namun Salvini ngotot dengan anggaran tersebut.
Menurutnya, pemerintah wajib mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Dia bahkan menegaskan revisi anggaran yang sudah disetujui Uni Eropa harus diubah lagi.
"Kami harus fokus untuk menciptakan pertumbuhan (ekonomi) dan lapangan kerja. Masa bodoh dengan kekalahan ini," tegasnya, seperti dikutip dari Reuters. Perdebatan soal anggaran dengan Uni Eropa membuat pasar 'menghukum' Italia. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Italia naik tajam, pertanda harga instrumen ini turun karena tekanan jual. Sepertinya Conte sudah tidak tahan dengan manuver Salvini yang dinilai membahayakan perekonomian nasional. Setelah debat di Senat, Conte memutuskan untuk mundur. Surat resmi akan segera dikirimkan kepada Presiden Sergio Mattarella. Dengan pengunduran diri Conte, Italia akan mengadakan Pemilu yang dipercepat. Rencananya Pemilu digelar pada musim gugur tahun ini.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2) (aji/aji)
Let's block ads! (Why?)
https://ift.tt/2HgwFxS
August 21, 2019 at 03:48PM
Bagikan Berita Ini
Related Posts :
Dari Revolusi Industri hingga Kisah ML, Ini Cerita Jokowi
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi pesan kepada pelaku usaha agar bisa… Read More...
Rencana Erick Thohir 2019 dan Buat "Spotify" A La Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - CEO PT Mahaka Media Tbk (ABBA) Erick Thohir menyebut akan mengembangkan b… Read More...
Masuki Sesi Eropa, Euro Masih Perkasa Lawan Dolar ASJakarta, CNBC Indonesia - Memasuki jam perdagangan sesi Eropa, Kamis (31/1/2019), euro masih perkasa… Read More...
Keputusan The Fed Bawa Bursa Eropa Menghijau
Pasar modal di Eropa pun merespons ini kendati ada tren siklus naik yang melambat. Indeks acuan di… Read More...
Ada Kasus Pemerkosaan, Uber China Ini PHK 2.000 Karyawan?
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan layanan berbagi tumpangan (ride-hailing), Didi Chuxing, berenc… Read More...
0 Response to "Gaduh Politik Eropa dan The Fed Jadi Beban Rupiah"
Post a Comment