Rencana untuk mewujudkan wisata premium ini kembali ia singgung di sebuah acara di Ritz Carlton, Kamis Kemarin.
"Jangan dicampur-campur. Labuan Bajo misalnya, tidak semua orang bisa ke sana, bayarnya mahal. Tapi ini masih di-desain memang, tahun depan baru selesai," tutur Jokowi, sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.
Jokowi mengingatkan Menteri Pariwisata Wishnutama agar berhati-hati soal destinasi wisata ini, jika perlu diberlakukan sistem kuota agar jangan tercampur aduk antara yang turis premium dan menengah bawah.
Labuan Bajo digembar-gemborkan sebagai destinasi wisata prioritas sejak setahun lalu, lantas bagaimana perkembangan infrastruktur, sarana, dan prasarana di lokasi wisata yang berada di pulau Flores tersebut?
CNBC Indonesia berkesempatan mengunjungi lokasi wisata tersebut selama 2 kali dalam satu tahun ini, yakni April 2019 dan akhir November 2019 dan bisa melihat perkembangan signifikan di daerah Labuan Bajo.
Pembenahan infratruktur seperti jalan, sistem kelistrikan memang sudah signifikan. Kehadiran tempat makan dengan standar internasional pun mulai ramai bermunculan, bahkan sudah terdapat gerai kopi Starbucks di Labuan Bajo. Menjadi gerai pertama rantai bisnis kopi dunia tersebut di kawasan Nusa Tenggara Timur.
Begitu juga dengan kehadiran hotel-hotel yang mulai menerapkan standar internasional di fasilitasnya. Secara keseluruhan, catatan positif untuk industri dan sarana penunjang wisata di Labuan Bajo memang sudah mendukung.
Dari sisi sarana kelistrikan di Labuan Bajo misalnya, PT PLN (Persero) juga mencatat pertumbuhan yang signifikan.
"Pelanggan industri paling tampak terlihat. Sebagai gambaran saja beban puncak tahun lalu itu 8 MW, tahun ini sudah sampai 13,2 MW. Minggu lalu juga baru ada pemasangan tambah daya 1 MVA, untuk hotel. Dan memang seiring investasi kelistrikan, pertumbuhan ekonomi di kawasan ini tumbuh pesat," ujar Manager Unit Pelaksana Pembangkitan Flores PT PLN (Persero) Lambok R Siregar, saat dijumpai di Labuan Bajo, Jumat (29/11/2019).
Kondisi Tak Serupa di Pulau Komodo
Namun, kondisi berbeda akan dijumpai di pulau lain yang menjadi destinasi wisata di wilayah tersebut. Seperti diketahui, salah satu tujuan turis yang ke Labuan Bajo adalah menuju Pulau Padar-padar dan juga Pulau Komodo atau Pulau Rinca.
Untuk Pulau Padar-padar memang tak berpenghuni, pengunjung ke sana hanya untuk menikmati pemandangan dari atas bukit. Pemerintah sudah membangun tangga agar turis bisa menuju bukit dengan mudah.
Namun, ada sedikit catatan untuk sisi keamanan. Yakni kondisi bukit yang agak curam saat menuju puncak, tak sedikit turis yang terpeleset saat mendaki ke puncak bukit.
Foto: Pulau Komodo (CNBC Indonesia/Gustidha Budiarti)
|
Sementara untuk di Pulau Komodo, sempat ada wacana akan dikenakan tarif US$ 1000 atau Rp 14 juta untuk melihat hewan langka tersebut. Saat ini, tiket masuk dikenakan sebesar Rp 80 ribu untuk turis lokal. Di mana Rp 40.000 atau separuhnya akan dialokasikan untuk guide dan penjaga di sana, sementara sisanya ke pengelola yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Selain bisa melihat komodo yang langka, kondisi di lapangan tak jauh berbeda dengan destinasi wisata di Kepulauan Seribu. Lokasi cinderamata yang belum tertata, serta tempat istirahat dan jajanan makanan yang apa adanya. Beratap terpal, dengan bangku dan meja sederhana. Menunya pun seperti warung-warung kebanyakan; mi instan, gorenga, minuman botol, dan lainnya.
Foto: Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo, Labuan Bajo, Flores (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)
|
Salah satu kendala di Pulau Komodo adalah penyediaan listrik dan air yang masih terbatas. Dengan lokasi yang panas, sulit buat warga menyediakan es yang banyak diminta oleh pengunjung yang berdatangan.
"Jadi UKM-nya di sini agak susah tumbuh, karena untuk usaha kecil-kecil ibu listriknya belum ada. Cuma ada dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi," ujar Hamnoor, warga lokal Pulau Komodo sekaligus guide di lokasi tersebut saat dijumpai.
Soal es mungkin masalah kecil, namun banyak permintaan dari kapal-kapal pengunjung untuk pasokan es ini. Apalagi dengan promo wisata yang gencar, bahkan sempat terlihat adanya kapal pesiar yang membawa ribuan turis ke Pulau Komodo. Es berperan penting untuk menjaga kesegaran makanan dan minuman. "Tapi kami di sini susah pasok es-nya, ini mungkin yang harus dipertimbangkan pemerintah."
Di lokasi tersebut, juga mudah dijumpai anak-anak di bawah umur yang menjajakan dagangan. Jika dagangan tidak dibeli, anak-anak ini tampak tak sungkan untuk meminta sekadar jajan ke pengunjung yang datang. Ini juga yang diteriakkan oleh para anak yang sedang berenang di sekitar pantai Pulau Komodo.
Tampaknya selain membangun sarana dan prasarana, masih ada pekerjaan rumah pemerintah untuk mensosialisasikan dan membangun jiwa pariwisata ke warga setempat.
Sementara, untuk rencana tiket Rp 14 juta atau US$ 1000 masih sangat simpang siur di warga. Menurut mereka, belum ada tindak lanjut dan dampak ke warga sejak wacana dilontarkan.
Jadi Pak Jokowi, mau dibikin sepremium dan semewah apa nantinya Pulau Komodo dengan harga tiket Rp 14 juta?
(gus/gus)https://ift.tt/2R6HesV
December 01, 2019 at 06:50PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mimpi Wisata Premium Jokowi dan Realita Pulau Komodo, Layakkah?"
Post a Comment