Sementara pinjaman sektor swasta menyumbang sebagian besar dari total. Kenaikan itu membuat pemerintah dan individu akan menghadapi risiko jika ekonomi melambat.
"Utang global (baik publik maupun swasta) telah mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 188 triliun (Rp 2,6 juta triliun). Jumlah ini mencapai sekitar 230% dari output dunia," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, sebagaimana dilansir AFP.
Angka itu naik dari rekor sebelumnya sebesar US$ 164 triliun (Rp 2,2 juta triliun) pada 2016. Meski suku bunga tetap rendah, dan peminjam dapat menggunakan utang untuk melakukan investasi dalam kegiatan produktif atau mengatasi harga komoditas yang rendah, ia menilai ini bukan hal baik.
"Itu bisa menjadi hambatan pertumbuhan," katanya lagi.
"Intinya adalah, bahwa beban utang yang tinggi telah membuat banyak pemerintah, perusahaan, dan rumah tangga rentan terhadap pengetatan kondisi keuangan yang tiba-tiba," tegasnya.
Utang perusahaan menyumbang sekitar dua pertiga dari total, tetapi pinjaman pemerintah juga telah meningkat setelah krisis keuangan global.
"Utang publik di negara maju berada pada level yang tidak terlihat sejak Perang Dunia Kedua dan utang publik pasar berkembang berada pada tingkat yang terakhir terlihat selama krisis utang tahun 1980-an," jelasnya.
Dia menyerukan langkah-langkah untuk memastikan pinjaman yang lebih berkelanjutan. Ia pun meminta adanya praktik pemberian pinjaman yang lebih transparan dan memuat poin restrukturisasi utang.
Ia tampaknya merujuk ke China, yang telah menjadi kreditor utama bagi negara-negara berkembang termasuk di Afrika. Sebelumnya sejumlah negara gagal membayar utang ke China dan harus menyerahkan asetnya ke negara itu.
(sef/sef)https://ift.tt/32Al44g
November 11, 2019 at 02:34PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hati-hati, Utang Global Sudah Tembus Rp 2 Juta Triliun"
Post a Comment