Search

AS-China Berseteru, Ini Ramalan George Soros

Jakarta, CNBC Indonesia - Miliarder liberal George Soros mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, sedang terjerat dalam perang dingin di sektor perdagangan yang berpotensi berubah menjadi memanas.

Komentar Soros pada hari Kamis (24/1/2019) itu dilontarkan di tengah kekhawatiran investor dunia mengenai masalah perlambatan ekonomi, di mana perang dagang AS dan China yang berlangsung lama telah menghancurkan sentimen bisnis dan konsumen di pasar global.

Selain itu, terkait dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump pada akhir tahun 2017 yang melabeli China sebagai pesaing "strategis", Soros menilai pendekatan yang dilakukan pemerintah AS terlalu sederhana.


"Kebijakan yang efektif terhadap China tak dapat direduksi menjadi slogan. Itu perlu dibuat jauh lebih canggih, terperinci dan praktis. Dan itu harus mencakup respons ekonomi Amerika terhadap Belt and Road Initiative," katanya seperti dikutip CNBC International.

Belt and Road Initiative adalah inisiatif kerja sama yang dilakukan oleh Presiden Xi Jinping pada 2013.

Soros, donor utama Partai Demokrat dan kritikus Presiden Donald Trump, berbicara pada jamuan makan malam pribadi di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss.

Sayangnya, menurut Soros, Trump tampaknya mengikuti jalur yang berbeda lantaran memberi konsesi ke China dan menyatakan kemenangan, sambil memperbarui serangannya terhadap sekutu AS.

"Ini menjadi alasan yang membuat sasaran kebiijakan AS melemah [terhadap China], untuk mengekang pelanggaran dan ekses China," katanya. "Kenyataannya adalah kita berada dalam perang dingin yang mengancam menjadi perang panas," tambah Soros.

Washington dan Beijing telah terjebak dalam perang dagang sejak awal tahun lalu.

Pertemuan para kepala negara internasional di WEF, yang diadakan tiap Januari di wilayah bersalju, Davos, itu pada awalnya diharapkan bisa memberikan landasan bagi AS-China untuk mengadakan pembicaraan, sebelum tenggat waktu 2 Maret untuk mencapai kesepakatan dagang yang baru.

Namun, Gedung Putih tiba-tiba membatalkan delegasinya ke Swiss minggu lalu, akibat penutupan pemerintah (government shutdown) yang sedang berlangsung.

Putaran negosiasi berikutnya dijadwalkan berlangsung pada akhir bulan ini, ketika Wakil Perdana Menteri China Liu He melakukan perjalanan untuk menemui para pejabat AS di Washington.

"Jika (Presiden) Xi dan Trump tidak lagi berkuasa, sebuah peluang akan muncul dengan sendirinya untuk mengembangkan kerja sama yang lebih besar antara kedua kekuatan super dunia maya tersebut," kata
Chairman Soros Fund Management itu.

Pada acara yang sama, pengusaha Hungaria-Amerika itu juga menggambarkan Presiden Xi, China, sebagai lawan "paling berbahaya" bagi mereka yang percaya pada masyarakat terbuka. (tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2FO2Vcy
January 25, 2019 at 06:23PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "AS-China Berseteru, Ini Ramalan George Soros"

Post a Comment

Powered by Blogger.