Search

Brexit Terlalu Menakutkan, Rupiah Jadi yang Terlemah ke-3

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama sepekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi sebesar 0,93% secara point-to point. Artinya minggu ini Rupiah menduduki posisi ke-3 terlemah di Asia.

Pada penutupan pasar spot kemarin, 1 US$ dihargai Rp 14.170, yang mana telah naik 130 poin dalam satu minggu.

Mayoritas mata uang Asia pun mengalami hal yang serupa. Rupee india merupakan mata uang yang jatuh paling dalam, dengan pelemahan sebesar 1,16%. Yen Jepang mengikuti di belakang dengan depresiasi sebesar 1,12%. Hanya Baht Tahiland yang mampu menundukkan dolar AS minggu ini dengan nilai apresiasi sebesar 0,47%

Hantu Brexit Terlalu Menakutkan

Sentimen yang paling mempengaruhi jatuhnya Rupiah pada pekan ini datang dari Benua Biru. Menjelang Rabu (16/1/2018) dini hari waktu Indonesia, sentimen negatif dari Inggris makin menjadi-jadi.

Saat itu pelaku pasar menunggu hasil pemungutan suara di parlemen Inggris untuk menentukan nasib proposal Brexit yang diajukan oleh pemerintah pimpinan Peradana Menteri Theresa May. Pasar menjadi khawatir karena bila proposal ini benar-benar tidak disetujui, maka nasib keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan menjadi rumit dan berlarut-larut.

Benar saja, hasil voting parlemen mengukuhkan kekalahan pihak pemerintah yang kalah telak dua banding satu. Artinya, proposal Brexit belum bisa dipakai, dan gonjang-ganjing politik Inggris berlanjut.

Menyusul keputusan tersebut, ketua partai buruh Jeremy Corbyn mengajukan pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Theresa May. Corbyn mengatakan bahwa May tidak mampu membawa Inggris menghindari 'jurang' sehingga politisi Partai Konservatif itu harus mundur.

Namun ternyata hasil voting yang berlangsung sehari setelahnya, menunjukkan bahwa Theresa May masih akan memimpin Inggris di kursi Perdana Menteri.

Beberapa pilihan yang tersisa bagi London tinggal yang pahitnya saja.

Pertama, London melakukan negosiasi ulang dengan Uni Eropa. Ini bisa terjadi apa bila Brussel berkenan. Namun sayangnya Komisi Uni Eropa pada 7 Januari 2019 menyatakan tidak akan melakukan pembicaraan ulang tentang Brexit yang telah disepakati bulan lalu. Nampaknya perlu usaha yang lebih untuk merayu Uni Eropa.

Kedua, referendum yaitu jajak pendapat raykat untuk menentukan masih akan tetap keluar dari Uni Eropa atau tetap tinggal.

Ketiga, Inggris keluar dengan tangan hampa alias No Deal Brexit.

Kegaduhan di London yang masih terus berlanjut membuat nasib Brexit menjadi samar-samar. Belum jelas arahnya mau ke mana, sehingga potensi No Deal Brexit menjadi semakin besar.

Jika Inggris sampai terjebak krisis gara-gara Brexit, maka rantai pasokan global akan terganggu. Dampaknya mirip dengan perang dagang Amerika Serikat-China.

Namun demikian masin ada sentimen positif yang menghambat pelemahan mata uang Asia.

Damai Dagang Sebagai Penenang

Damai dagang yang semakin menuju titik terang membuat pelaku pasar bisa sedikit tenang. Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengungkapkan bahwa Wakil Perdana Menteri China, Liu He akan bertandang ke Washington pada 30-31 Januari mendatang.

Tak hanya sekedar berkunjung, Wall Street Journal melaporkan bahwa Liu He akan berdiskusi dengan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin mengenai kemungkinan penghapusan bea masuk untuk berbagai produk made in China.

Kembali akurnya dua perekonomian terbesar dunia akan membuat rantai pasokan global kembali lancar. Akibatnya pertumbuhan ekonomi dunia bisa membaik.

Sentimen positif juga datang dari dalam negeri.

Pada hari kamis (17/1/2019), Bank Indonesia memperkirakan transaksi berjalan (current account) pada kuartal I-2019 berpotensi membaik, bahkan bisa di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Laju impor yang membuat defisit neraca perdagangan Desember lalu jebol parah diperkirakan sudah bisa lebih dikendalikan.

Dengan perbaikan transaksi berjalan, maka fundamental penopang rupiah akan lebih kuat. Pasalnya, ruang penguatan rupiah bisa lebih terbuka akibat cadangan devisa yang terjaga.

Meski demikian, ternyata 'hantu' Brexit masih terlalu menakutkan minggu ini, membuat rupiah tak berdaya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/taa)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2MjWUEL
January 19, 2019 at 10:01PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Brexit Terlalu Menakutkan, Rupiah Jadi yang Terlemah ke-3"

Post a Comment

Powered by Blogger.