Kinclongnya laporan keuangan dari bank-bank besar di AS tak lagi mampu memotori laju Wall Street seperti kemarin (16/1/2019). Kemarin, Goldman Sachs mengumumkan laba bersih per saham senilai US$ 6,04 untuk periode kuartal-IV 2018, jauh di atas konsensus Refinitiv yang sebesar US$ 4,45. Sementara itu, pendapatan tercatat senilai US$ 8,08 miliar, juga mengalahkan konsensus yang sebesar US$ 7,55 miliar.
Bank of America mengumumkan laba bersih per saham senilai US$ 73 sen untuk periode kuartal-IV 2018, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar US$ 63 sen. Pendapatan diumumkan sebesar US$ 22,7 miliar, di atas ekspektasi yang sebesar US$ 22,397 miliar.
Gaduh politik di AS dan Inggris membuat investor memilih untuk meninggalkan pasar saham AS. Hingga kini, terhitung sudah 26 hari sebagian pemerintahan AS tidak mampu menjalankan fungsinya (partial government shutdown), menjadikannya yang terpanjang di era modern.
Shutdown kali ini terjadi lantaran partai Republik dan Demokrat tak mampu menyepakati anggaran belanja negara, seiring dengan adanya ketidaksepahaman mengenai anggaran untuk pembangunan infrastruktur perbatasan AS-Meksiko.Pemerintahan Presiden Donald Trump kini memproyeksikan bahwa kerugian akibat shutdown adalah dua kali lebih besar dari yang diekspektasikan sebelumnya, menurut seorang sumber dari kalangan pemerintahan yang tak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip dari CNBC International.
Pada awalnya, pemerintah memproyeksikan bahwa shutdown akan memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% setiap 2 minggu. Kini, diproyeksikan bahwa setiap minggunya shutdown akan membuat pertumbuhan ekonomi terpangkas sebesar 0,1%.
Perubahan ini terjadi lantaran pemerintah memperhitungkan kerugian dari kontraktor yang tak bisa melakukan bisnis dengan pemerintah, serta macetnya anggaran belanja dan fungsi-fungsi pemerintahan.
Beralih ke Inggris, kemarin Perdana Menteri Theresa May berhasil lolos dari ancaman digulingkan dari pemerintahan setelah memenangkan pemungutan suara atas mosi tidak percaya di parlemen dengan skor 325 berbanding 306. Kemenangan tipis, tetapi cukup untuk mengamankan posisi May.
Namun masalah di Inggris belum selesai, karena waktu semakin dekat menuju 29 Maret 2019, tanggal resmi Inggris keluar dari Uni Eropa. Inggris bisa saja keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa-apa (No Deal Brexit) karena proposal yang diusung pemerintah tidak disetujui parlemen.
Jika tak ingin No Deal Brexit terjadi, May harus bekerja keras untuk mengamankan dukungan dari parlemen atas kesepakatan Brexit yang diajukannya. Pasalnya, Uni Eropa sudah mengatakan bahwa tidak ada opsi renegosiasi pasca mendengar bahwa May kalah telak dalam pemungutan suara atas proposal Brexit.
Pada hari ini, bank besar di AS lainnya yakni Morgan Stanley akan merilis kinerja keuangannya.
Pada pukul 20:30 WIB, Philadelphia Fed Manufacturing Index periode Januari 2019 akan diumumkan, bersamaan dengan klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 12 Januari 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy)
http://bit.ly/2RQHhKo
January 18, 2019 at 01:56AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gaduh Politik di AS dan Inggris Akan Buat Wall Street Melemah"
Post a Comment