Enggartiasto menyatakan, status Indonesia untuk tetap sebagai penerima fasilitas GSP dari AS. Hal disampaikan setelah pulang dari kunjungannya ke Amerika Serikat (AS) pekan lalu, Selasa (15/1/2019).
"Pertemuan dengan USTR berlangsung konstruktif karena kedua pihak memahami bahwa program GSP bagi Indonesia sesungguhnya menguntungkan kedua negara karena produk ekspor Indonesia yang mendapatkan fasilitas GSP memang dibutuhkan pelaku usaha di AS dalam proses produksi mereka sehingga kompetitif," ujar Mendag, seperti dikutip dari siaran pers, Sabtu (19/1/2019).
Hal tersebut disampaian setelah tahun lalu pemerintahan Trump memulai peninjauan (review) tiga tahunan terhadap kelayakan Indonesia untuk terus menerima GSP.
Dari hasil pertemuan tersebut kedua negara sepakat untuk melanjutkan pembahasan peninjauan GSP ini agar dicapai hasil yang positif dan saling menguntungkan. Mendag juga menegaskan fasilitas GSP dari AS untuk saat ini masih tetap diberikan kepada RI.
"Dengan demikian, tidak perlu ada kekhawatiran di kalangan eksportir Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas ini," imbuhnya.
Bertemua Pebisnis AS
Dalam pertemuan dengan Mendag, Presiden dan CEO Kamar Dagang dan Industri (Kadin) AS Tom Donohue menyatakan dukungan yang kuat bagi keberlanjutan program GSP karena terbukti memberikan manfaat bagi kedua negara.
Enggar juga memaparkan rencana pemerintah membawa Indonesia masuk lebih dalam lagi ke dalam mata rantai produksi global (global supply chain).
Sementara itu, Presiden dan CEO Footwear Distributors & Retailers of America (FDRA) Matt Priest di juga memberikan dukungannya terhadap pemberian fasilitas GSP kepada Indonesia serta mendorong kedua pihak melakukan sourcing industri sepatu yang lebih besar ke Indonesia.
Sehari sebelumnya, Enggar juga melakukan pertemuan dengan Royal Chain Group, Nike, Allegheny Technology Incorporated (ATI) Metals, serta Mars Inc.
Dalam pertemuan dengan CEO dan Senior Vice-President Royal Chain Group, Enggar mencatat harapan mereka agar perhiasan dari Indonesia tetap mendapatkan fasilitas GSP guna mempertahankan daya saing Royal Chain Group.
Sementara dengan Nike, Enggar mencatat rencana perluasan investasi dan kemitraan di Indonesia. Dia juga mengimbau agar Nike dapat meningkatkan sourcing-nya dari Indonesia agar Indonesia dapat menjadi produsen sepatu utama di dunia.
Adapun Presiden/CEO ATI Metals, Robert Wetherbee melaporkan adanya peluang peningkatan ekspor besi baja Indonesia ke AS sebesar 336 ribu ton berdasarkan ketentuan pembebasan tarif Departemen Perdagangan AS terkait regulasi tarif baja Section 232. Enggar juga mengundang ATI Metals untuk membangun industrinya di Tanah Air.
http://bit.ly/2Dq3BSX
January 21, 2019 at 03:49PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Indonesia Tetap Terima Fasilitas GSP dari AS, Tapi..."
Post a Comment