Search

Kisah HERO: Dari Kebayoran, Lippo, hingga Dicaplok Jardine

Asetnya per September 2018 sudah mencapai Rp 7,84 triliun dengan ekuitas Rp 5,28 triliun, lebih besar ketimbang aset kompetitor, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) Rp 5,44 triliun.

Setelah Kurnia meninggal dunia pada 10 Mei 1992, seperti dikutip dari buku Animal-Based Management, Rahasia Merek-merek Raksasa Berjaya (2010), bisnis keluarga diteruskan Ipung Kurnia, sang putra mahkota.

Hero pun terus berekspansi dengan beberapa merek; Giant (hypermarket), Guardian (toko obat), dan IKEA (perabotan rumah tangga).</span> Ipung menjadi direktur Hero sejak 1989-1992, lalu direktur utama pada 1992-2008.

Setelah pergantian kepemilikan mayoritas di perusahaan, kendali berubah. Sejak Desember 2008, Ipung menjadi komisaris utama perusahaan. Dirut saat ini dijabat Patrik Lindvall, warga negara Swedia yang lama mengabdi di IKEA, grup Dairy Farm. Sebelum ke Hero, Lindvall adalah Managing Director Inter IKEA Distribution Far East Pte Ltd Singapura.


Selain Hero, Dairy Farm memiliki gurita bisnis supermarket di antaranya Wellcome (Hong Kong/HK, Filipina, Taiwan), Yonghui (China), Cold Storage (Malaysia, Singapura), Market Place (HK, Malaysia, Singapura, Taiwan), Lucky (Kamboja), serta Mercato (Malaysia).

Untuk bisnis convenience store ada 7-Eleven (China, HK, Makau, Singapura), Guardian (Kamboja, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam), IKEA (HK, Indonesia, Taiwan), dan restoran Maxim</span>'s Group di Hong Kong.

Per September 2018, saham PT Hero Pusaka Sejati (HPS) di Hero hanya tinggal 2,68%, sementara Mulgrave sebesar 63,59%, Dairy Farm 20,88%, dan publik 12,85%. HPS melepas kepemilikan mayoritas pada 23 Maret 2010 kepada Mulgrave lewat realisasi obligasi konversi yang diterbitkan pada 1998.

Grup Lippo melalui MPPA juga sempat menggengam saham HERO, kendati akhirnya dilepas dan Lippo fokus membangun Hypermart.

Lantas berapa dana Jardine di saham Hero? Jika asumsi harga saham Hero per 11 Januari 2019 seharga Rp 855 per saham, dengan jumlah saham Jardine 3,53 miliar (2,66 miliar milik Mulgrave dan 873,64 juta milik Dairy Farm), maka nilai kekayaan Jardine di Hero mencapai Rp 3,02 triliun.

Kisah HERO: Dari Kebayoran, Lippo, hingga Dicaplok JardineFoto: IKEA (REUTERS/Arnd Wiegmann)

Prospek bisnis Hero-lah yang membuat Jardine kepincut menambah saham lewat Dairy Farm.

"Kami melihat ada peningkatan dalam bisnis Hero, dan yakin akan prospek pertumbuhan jangka panjang. Kami senang pembelian saham ini akan memberikan Dairy Farm partisipasi yang lebih besar dalam pendapatan Hero di masa depan," kata Direktur Keuangan Grup Dairy Farm, Howard Mowlem, dalam keterbukaan di Bermuda Stock Exchange.

Benarkah Hero tetap prospektif?

Pekan-pekan terakhir Januari ini, Hero menjadi perbincangan setelah mereka menutup total 26 gerai ritelnya seiring dengan lesunya bisnis yang dijual ritel tersebut. Sekitar 532 orang karyawan dirumahkan.
 Ini kabar yang tidak enak didengar, saat ada bisnis ritel konvensional yang meredup, di lain sisi bisnis e-commerce ada di atas angin.

Penutupan ini juga bukan hal yang mengangetkan karena pada 2017 PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI) sudah lebih dahulu menutup Lotus Department Store dan Debenhams. Begitu pun PT Modern Internasional Tbk (MDRN) yang menutup gerai 7-Eleven di Indonesia.

Ditolong IKEA & Guardian

Pelemahan sektor ritel ini sudah tampak jauh-jauh hari. Data Aprindo, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, bahkan menunjukkan sejak 2015, pertumbuhan sektor ini yang sempat double digit 15%, kini terus melandai di sekitar 7%. </span> Patrik Lindvall, Presiden Direktur Hero, dalam paparan publik di IKEA Alam Sutera, tak menampik ada tren penurunan.

"
Selama sembilan bulan 2018, kinerja bisnis makanan terus menghadapi kondisi menantang. Penurunan penjualan juga disebabkan penutupan beberapa toko yang berkinerja tidak sesuai yang diharapkan," katanya dalam dokumen yang disampaikan di BEI. 

Keuntungan Hero nyatanya
'tertolong' oleh naiknya bisnis non-makanan yang mampu mengimbangi kerugian di bisnis makanan. Hingga September 2018, penjualan Hero turun 1% menjadi Rp 9,85 triliun dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 9,96 triliun. Meski pendapatan turun, tapi Hero masih mencatat laba bersih Rp 86,18 miliar dari sebelumnya Rp 70,40 miliar.

Penjualan bisnis makanan turun hingga 6% menjadi Rp 7,84 triliun, tapi penjualan non-makanan lewat Guardian dan IKEA tumbuh 24% menjadi Rp2 triliun dari Rp 1,62 trillun.

"Meskipun bisnis Makanan secara keseluruhan tetap menantang, IKEA dan Guardian terus menunjukkan kinerja yang positif," kata Lindvall.

Kisah HERO: Dari Kebayoran, Lippo, hingga Dicaplok JardineFoto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Di tengah gempuran e-commerce, dan pola perubahan karakter belanja masyarakat, Hero tampaknya masih optismistis dengan kinerja bisnis perusahaan. Menurut Lindvall, perubahan perilaku konsumen memang berdampak pada penurunan bisnis perusahaan. Tapi untuk menjawab perubahan tersebut, katanya, tim manajemen yang baru telah ditunjuk dan perencanaan-perencanaan sedang dilakukan untuk meningkatknan kinerja.

IKEA dan Guardian, barangkali bisa menjadi bantalan kinerja sektor makanan Hero yang melempem. Lindvall menegaskan bahwa IKEA melanjutkan momentum positif sejak paruh pertama tahun 2018 dengan meningkatnya kunjungan pelanggan ke toko Alam Sutera dan pada bisnis e-commerce.

Dengan portofolio bisnis yang masih besar, Hero masih yakin dengan prospek bisnisnya. Hingga 30 September 2018, Hero mengoperasikan 448 toko, terdiri dari 59 Giant Ekstra, 96 Giant Ekspres, 31 Hero Supermarket, 3 Giant Mart, 258 Guardian Health & Beauty, dan satu toko IKEA.
Lindvall menegaskan fokus perusahaan saat ini adalah meningkatkan portofolio bisnis, baik makanan maupun non-makanan.

Sukses atau tidak Hero ke depan, ada baiknya manajemen bisa mengingat kembali apa yang dikatakan almarhum MS Kurnia saat mendirikan Hero hampir 50 tahun lalu.

"Kunci kesuksesan adalah harus mengambil kesempatan pada waktu yang tepat walaupun kesempatan itu datang dari mana saja. Dan apakah anda mempunyai visi dan bisa bertumbuh di atas yang lain." 

(prm)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2FnihVj
January 14, 2019 at 07:20PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kisah HERO: Dari Kebayoran, Lippo, hingga Dicaplok Jardine"

Post a Comment

Powered by Blogger.