
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, baik negara berkembang maupun negara maju.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 2,1 basis poin (bps) menjadi 8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan 10 tahun dan 20 tahun juga melemah dengan kenaikan yield menjadi 8,1% dan 8,53%.
Yield Obligasi Negara Acuan 25 Jan 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Jan 2019 (%) | Yield 25 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 24 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.982 | 8.003 | 2.10 | 7.9336 |
FR0078 | 10 tahun | 8.099 | 8.107 | 0.80 | 8.0235 |
FR0068 | 15 tahun | 8.521 | 8.517 | -0.40 | 8.4602 |
FR0079 | 20 tahun | 8.529 | 8.53 | 0.10 | 8.4868 |
Avg movement | 0.65 |
Koreksi pasar saat ini dipengaruhi oleh kembali panasnya "mesin" perang dagang yang dikompori oleh Menteri Perdagangan AS yang menyatakan kesepakatan dengan China masih jauh.
Selain itu faktor Presiden ECB yang menyatakan Uni Eropa masih akan mengalami risiko penurunan beberapa waktu ke depan.
Faktor Venezuela yang juga diperparah keterlibatan AS untuk mendukung oposisi juga dapat menjadi pendorong kenaikan harga minyak. Potensi dari sepinya pasar juga membayangi, dari sisi pelaku pasar akan menunggu (wait and see) hingga lelang digelar pemerintah Selasa depan.
Faktor positif yang kemungkinan akan meredakan ramainya sentimen negatif tersebut adalah stabilnya rupiah dan menariknya yield di pasar SUN domestik.
Di pasar negara berkembang, pengautan terjadi di India,Singapura, Thailand, dan Afsel, sedangkan di negara maju pasar obligasi yang menguat adalah pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, dan JGB Jepang.
Penguatan pasar obligasi negara lain tersebut menjadi cerminan pelaku pasar global yang sedang risk-off sehingga menyasar instrumen yang dianggap lebih aman di tengah banjirnya sentimen negatif.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 24 Jan 2019 (%) | Yield 25 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.1 | 9.11 | 1.00 |
China | 3.146 | 3.171 | 2.50 |
Jerman | 0.179 | 0.171 | -0.80 |
Perancis | 0.589 | 0.58 | -0.90 |
Inggris | 1.266 | 1.255 | -1.10 |
India | 7.578 | 7.557 | -2.10 |
Italia | 2.671 | 2.682 | 1.10 |
Jepang | 0.01 | 0.001 | -0.90 |
Malaysia | 4.058 | 4.079 | 2.10 |
Filipina | 6.469 | 6.483 | 1.40 |
Rusia | 8.24 | 8.24 | 0.00 |
Singapura | 2.204 | 2.193 | -1.10 |
Thailand | 2.43 | 2.42 | -1.00 |
Turki | 15.05 | 15.21 | 16.00 |
Amerika Serikat | 2.712 | 2.726 | 1.40 |
Afrika Selatan | 8.85 | 8.785 | -6.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)
http://bit.ly/2TevmTU
January 25, 2019 at 04:56PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemodal Lebih Senang Aset Berisiko, Harga Obligasi RI Koreksi"
Post a Comment