
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,03%, indeks Shanghai naik 0,07%, indeks Hang Seng naik 0,06%, dan indeks Kospi naik 0,35%.
Kabar buruk yang datang dari Negeri Sakura membuat bursa saham regional termasuk Indonesia sempat harus merasakan pahitnya zona merah. Pada hari ini, ekspor Jepang periode Desember 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 3,8% YoY, lebih buruk dari konsensus yang hanya memperkirakan kontraksi sebesar 1,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor hanya tumbuh 1,9% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 3,7% YoY.
Rilis data tersebut semakin mengonfirmasi tekanan terhadap perekonomian Jepang. Belum lama ini, inflasi Jepang periode Desember 2018 diumumkan sebesar 0,3% YoY, jauh melambat dari capaian November yang sebesar 0,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Laju inflasi bulan Desember juga merupakan yang terlambat sejak Oktober 2017.
Namun, sentimen negatif tersebut berhasil dikalahkan oleh sentimen positif yang berasal dari China. Kementerian Keuangan China pada hari ini menegaskan komitmennya untuk menggelontorkan stimulus fiskal pada tahun ini, termasuk pemotongan tingkat pajak dan biaya lebih lanjut. Para ekonom mengatakan bahwa stimulus fiskal tersebut bisa diumumkan pada pertemuan parlemen tahunan di bulan Maret.
Stimulus fiskal ini diberikan guna mendukung laju ekonomi Negeri Panda. Pada hari Senin (21/1/2019), ekonomi China diumumkan tumbuh sebesar 6,6% pada tahun 2018, laju terlemah sejak 1990.
Pada tahun 2018, China memberikan stimulus fiskal berupa pemotongan tingkat pajak dan biaya senilai CNY 1,3 triliun. Melansir Reuters, beberapa analis kini percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun.
Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting.
Jika dibandingkan dengan Jepang, China memang lebih penting dalam tatanan perekonomian dunia. Pasalnya, nilai perekonomian China merupakan yang terbesar kedua di dunia, sementara Jepang berada di posisi tiga.
Melansir publikasi World Economic Outlook periode Oktober 2018 yang dirilis oleh International Monetary Fund (IMF), perekonomian China memiliki nilai sebesar US$ 14,17 triliun, sementara nilai perekonomian Jepang hanya sebesar US$ 5,22 triliun.
Jika stimulus moneter yang dijanjikan benar diberikan dan berhasil menahan perlambatan ekonomi di Negeri Panda, tentu perekonomian negara-negara kawasan Asia akan ikut merasakan dampak positifnya. (ank/hps)
http://bit.ly/2MsmrLX
January 23, 2019 at 07:41PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penguatan Rupiah dan Angin Segar China Bawa IHSG Naik 0,13%"
Post a Comment