Sebelum hadirnya pasar DNDF, pasar spot rupiah selalu terdongkrak tingginya nilai di pasar NDF offshore. Hal ini tentu membuat rupiah seakan dipecundangi oleh pasar valas yang tidak riil.
"Sudah 20 tahun lamanya kurs spot rupiah di domestik dipecundangi kurs NDF luar negeri," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/1/2019).
![]() |
Nanang mengatakan ketika terjadi "risk off" di luar zona waktu perdagangan Jakarta, para traders forex mulai dari Singapore sampai New York mengerek kurs NDF rupiah naik tajam. Di pagi hari pembukaan pasar valas Jakarta, karena kurs NDF melambung kurs spot ikut terkerek naik.
"Dengan BI membuka lelang DNDF reguler setiap pukul 08.30 (30 menit setelah pasar buka) dengan kurs DNDF tetap (Fixed Rate Tender) kurs offshore NDF tidak bisa lagi terdeviasi menjauh dari kurs lelang DNDF BI. Outstanding volume lelang (notional amount) BI sejak 1 November 2018 sudah mencapai US$ 1,4 miliar," papar Nanang.
"Setelah lelang selesai kami juga konsisten intervensi langsung dengan menempatkan offer price di 8 broker, untuk menjaga agar kurs offshore tidak liar."
Terbukti, mekanisme dan strategi BI berhasil. Nanang mengatakan, sejumlah investor asing mulai masuk memanfaatkan instrument DNDF ini demikian pula korporasi domestik melalui 13 bank yang sudah mulai yang memanfaatkan instrument ini untuk hedging.
"Kami berkomitmen akan terus memperbesar volume transaksi DNDF ini dan mendorong price discovery yang efisien," tegas Nanang.
"Penggunaan DNDF sebagai instrumen hedging non-deliverable ini yang aktif oleh nasabah bank memang tidak menggantikan transaksi forward yang 'deliverable', tapi akan menjadikan nasabah tidak 'rushing' atau melakulan 'frontloading' membeli valas karena market risk (risiko kurs) nya sudah terproteksi."
(dru)http://bit.ly/2QVzTZJ
January 18, 2019 at 05:11PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah 20 Tahun Dipecundangi Kurs Semu, BI: Saatnya Bangkit!"
Post a Comment