Dalam laporan World Economic Outlook Update yang dirilis Senin (21/1/2019), IMF menulis bahwa di beberapa negara, mengatasi beban utang swasta yang tinggi dan mismatch mata uang dan masa jatuh tempo utang akan memerlukan kerangka kerja makroprudensial yang kuat.
Kebijakan fiskal harus memastikan rasio utang tetap sustainable di tengah kondisi keuangan eksternal yang semakin menantang, tambahnya.Sri Mulyani mengatakan utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih di 30% yang masih sangat rendah bila dibandingkan dengan standar internasional. Selain itu, defisit anggaran yang mencapai 1,7% juga disebutnya masih aman.
Foto: Infografis/Profil Utang Pemerintah/Aristya Rahadian Krisabella
|
"Kalau bicara tentang IMF ini, ada negara advanced countries, seperti di Eropa yang debt-to-GDP ratio itu sudah di atas 60%, ada yang 80%, bahkan 100%. Jadi, untuk negara-negara seperti itu, mereka pasti harus melakukan konsolidasi fiskal," ujarnya di sela-sela acara forum diskusi A1, Selasa (22/1/2019).
Lebih lanjut, Sri Mulyani juga mencontohkan Italia yang debt to-GDP ratio-nya sudah di atas 100% tetapi masih ingin defisitnya di atas 2,4%.
"Nah, untuk negara-negara itulah statement IMF menjadi berlaku. Negara seperti ini harus menjaga keseimbangan fiskalnya dengan mengurangi defisit dan oleh karena itu mengurangi utangnya," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Negara-negara tersebut, lanjutnya, juga memiliki tugas bagaimana mengurangi defisit dan utangnya tanpa melemahkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, tantangan bagi negara-negara seperti itu adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan cukup tinggi tapi defisit lebih kecil.
"Indonesia sekarang growth di atas 5% dan defisitnya di bawah 2%. Jadi, tidak relevan statement itu untuk Indonesia karena berarti kita kan makin hari akan makin menurun," kata Sri Mulyani.
(prm/dru)http://bit.ly/2W9MsV5
January 22, 2019 at 11:52PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sri Mulyani Sebut Peringatan Utang dari IMF Bukan Buat RI"
Post a Comment