
Pada Jumat (25/1/2019) pukul 09:05 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.165 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat 0,07%. Namun memang kemudian penguatan rupiah yang sudah tipis itu semakin tergerus dan akhirnya berbalik arah.
Pada pukul 09:07 WIB, harga minyak jenis brent naik 1% dan light sweet melesat 1,17%. Penyebab kenaikan harga minyak adalah panasnya hubungan AS-Venezuela.
Pemerintahan Presiden Donald Trump tidak lagi mengakui Nicolas Maduro sebagai presiden, tetapi melihat Juan Guaido sang pemimpin oposisi sebagai kepala negara. Bahkan AS mencap pemerintahan Maduro ilegal.
Hubungan Washington-Caracas pun menegang. Sebagai respons atas langkah AS, Maduro memutus hubungan diplomatik dengan Washington dan meminta personel kedutaan besar AS untuk meninggalkan Venezuela dalam 72 jam ke depan. AS tidak terima, karena menilai pemerintahan Maduro ilegal dan tidak punya hak.
Ketegangan ini kemudian mempengaruhi harga minyak dunia, karena dikhawatirkan mengganggu produksi dan ekspor Venezuela. Maklum, Venezuela adalah salah satu produsen minyak terbesar dunia dengan produksi mencapai sekitar 1,4 juta barel/hari. Bahkan Venezuela menguasai cadangan minyak terbesar di dunia, mencapai 302,81 miliar barel.
Gangguan produksi dan pengiriman minyak dari Venezuela akan membuat pasokan di pasar global menipis. Akibatnya harga si emas hitam terkerek.
Kenaikan harga minyak bukan berita positif buat rupiah. Sebab, kenaikan harga komoditas ini akan semakin membuat biaya impor melejit dan membebani transaksi berjalan (current acccount).
Defisit transaksi berjalan terancam membengkak, dan rupiah sulit menguat. Sepertinya harga minyak sulit diharapkan untuk menjadi 'juru selamat' bagi rupiah hari ini.</span>
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/aji)
http://bit.ly/2Te6w6y
January 25, 2019 at 04:24PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Naik, Rupiah Kehilangan 'Juru Selamat'"
Post a Comment