Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menyampaikan, ada beberapa faktor yang memicu IHSG bisa tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya. Pertama dari sisi eksternal, Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) tahun ini diprediksi tidak akan seagresif tahun lalu menaikkan tingkat bunga acuan Fed Fund Rate.
"The Fed itu terang-terangan sudah bilang, dari dua kali (turunkan bunga acuan) sekarang satu, sekarang lihat data, kan dia sudah semakin soft," ujar Rudiyanto, Senin (21/1/2019) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Sisi lainnya, pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan melambat pada 2019 terimbas sentimen penutupan (shutdown) layanan pemerintahan AS. Penutupan layanan pemerintahan Negeri Paman Sam yang masih berlangsung itu diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dari 2,9 persen menjadi 2,7 persen.
"Kalau lebih lama lagi bisa turun lagi, walaupun enggak ada shutdown kami perkirakan pertumbuhan ekonomi AS memang akan melemah," kata Direktur Panin Asset Managament Ridwan Sutedja, pada kesempatan yang sama.
Ridwan melanjutkan, dari sisi domestik, beberapa sentimen yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia adalah masih bergejolaknya harga komoditas, minyak mentah, CPO dan batubara yang bisa berdampak pada neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
"Harga minyak sudah turun, tahun ini di level 50-60 per barel, kemudian CPO sudah mulai naik dalam beberapa tahun terkahir sangat rendah, kemudian kami lihat beberapa bulan terkahir sudah mulai ada penguatan," imbuhnya.
Sedangkan, untuk harga batubara karena adanya permintaan dari dalam negeri permintaan dari China yang telah membuka keran impor batubara diproyeksikan akan mendongkrak harga batu bara.
Selain itu, dari sisi domestik pendapatn dan konsumsi diprediksi akan mengalami peningkatan yang ditopang oleh kebijakan pemerintah menjelang Pemilu seperti kenaikan gaji Apatarur Sipil Negara, gaji ke-13, dan belanja sosial pemerintah lainnya. "Itu akan menaikkan langsung konsumsi masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah," tandasnya.
Sebelumnya, Mandiri Sekuritas memprediksi mampu menyentuh level 7.000 tahun ini. Proyeksi tersebut sudah memperhitungkan faktor perhelatan pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif yang akan diselenggarakan tahun ini.
"Kita expect IHSG tahun ini by the end of the year sekitar 7.000. Jadi, ada kenaikan sekitar 10%-12% dibanding tahun lalu ya. Itu sesuai dengan ekspektasi EPS market sendiri," kata Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas (Mansek) Tjandra Lienandjaja, Senin (21/2/2019).
Ekspektasi tersebut dipatok karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan baik tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi akan naik menjadi 5,3% dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu 5,17%. Sehingga, dipastikan investor asing masih akan tetap masuk.
Adapun sektor yang akan mencatatkan kinerja cemerlang pada tahun ini diprediksi akan berada meliputi emiten sektor food and beverage, barang konsumsi, beberapa perbankan, properti dan healthcare. Di sisi lain, sektor komoditi masih tidak begitu bagus di tahun ini. (hps/hps)
http://bit.ly/2R54BQd
January 21, 2019 at 09:25PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "IHSG Bisa Capai 7.400, Apa Saja Faktor Pendorongnya?"
Post a Comment