
Deputy Director-General, Manufacturing Industries Bureau METI, Yoji Ueda mengatakan Indonesia dan Jepang telah lama menjalin kerja sama yang komprehensif terutama dalam pengembangan sektor industri.
"Di sektor otomotif, Jepang telah berperan sebagai pemain bisnis utama. Selain itu, Jepang dengan SDA yang terbatas terus melakukan pengamanan pasokan energi yang stabil," ujar Ueda dalam Seminar Otomotif Indonesia Jepang di kantor Kemenperin, Selasa (29/1/2019).
Ueda menjelaskan, penting bagi pemerintah RI untuk memilih tipe kendaraan listrik mana yang akan difokuskan (xEV), entah itu plug-in hybrid, hybrid, atau full battery EV. Investasi yang tepat tentu saja ditentukan oleh banyak faktor.
"Penting bagi pemerintah untuk memilih xEV dari sudut pandang yang seimbang antara keamanan energi, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan kebutuhan pembeli. Untuk mencapai tujuan ini, Jepang berbagi pengalaman kami mengenai pengembangan kendaraan listrik," jelasnya.
Hal yang digarisbawahi oleh pemerintah Jepang dalam mengembangkan kendaraan listrik adalah subsidi pemerintah dalam penerapan standar bagi SPLU (charging station).
Sejak memperkenalkan produksi massal kendaraan listrik di 2009 silam, pemerintah Jepang telah berinvestasi lebih dari US$ 1,3 miliar untuk memasang charging station. Mereka juga mensubsidi penjualan motor maupun mobil listrik.
"Sebagai hasilnya, setelah lebih dari 7 tahun kami mensubsidi pemasangan charging station, saat ini Jepang memiliki lebih dari 28.000 SPLU, dengan rata-rata penggunaan 7 mobil per satu charger," kata Ueda dalam paparannya.
Sementara itu, Senior Research Fellow dari Institute of Energy Economics (IEE) Japan, Ichiro Kutani menekankan pentingnya pengembangan kebijakan yang harmonis antara industri otomotif dan sektor energi di RI.
"Penggunaan kendaraan listrik harus konsisten dengan pengembangan target bauran energi, khususnya energi terbarukan," kata Kutani.
Pemerintah, menurutnya, juga perlu mengambil pendekatan yang bertahap dalam menuju era mobil listrik murni (full battery EV), karena biaya teknologinya yang tidak murah.
"Kita harap terjadi pendalaman industri sehingga saat nanti kita masuk era mobil listrik, baterainya sudah produksi dalam negeri," kata Harjanto di kantornya, Selasa (29/1/2019).
http://bit.ly/2MEpLEb
January 30, 2019 at 03:19AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Investasi SPLU Hingga US$ 1,3 Miliar, Jepang Bakal Masuk RI?"
Post a Comment