Mereka adalah Alti Firmansyah dan Yasmine Putri, line artist dan cover artists yang karyanya bisa dinikmati di komik-komik Marvel dan DC.
Memperingati Hari Kartini 21 April ini, CNBC Indonesia mewawancarai kedua seniman wanita ini secara terpisah untuk berbagi cerita soal perjalanan hidup mereka.
Yasmine menjawab pertanyaan secara tertulis, sementara Alti kami sambangi ke kediamannya, Kamis lalu (18/4/2019.
Yasmine menceritakan perjalananannya menjadi komikus yang bekerja di dua label idaman, Marvel dan DC, dimulai saat 2014. Waktu itu ia mengikuti kontes dan menyerahkan portofolionya untuk di-review oleh Marvel dalam gelaran Indonesia Toys, Games, & Comic Convention.
"Berkesempatan temu muka dengan Editor-in-Chief Marvel, CB Cebulski. Setelah menyerahkan portofolio, beberapa bulan kemudian di 2015 saya dikontak Tom Brevoort, Senior Vice President of Publishing di Marvel, dan diberi assignment pertama setelah itu," ujarnya.
![]() |
Sementara untuk DC, penugasan pertamanya dimulai pada 2016. "Setelah dihubungi oleh Ben Abernathy, talent relations di DC Comics," lanjutnya.
Sejak saat itu, Yasmine menghitung setidaknya sudah terdapat 50 judul komik yang memuat karyanya. Hingga sekarang, setiap diberi proyek oleh Marvel atau DC, Yasmine mengaku masih suka was-was. Terutama jika dirinya harus menggambar karakter dengan banyak penggemar, seperti Spiderman dan Avengers.
Menggambar sekian banyak pahlawan super, Yasmine jatuh hati pada karakter Barbara Gordon atau Oracle dalam 'Batfamily'.
"Dia dulu Batgirl dan aktif jumpalitan melawan kejahatan, namun kemudian terluka dan kehilangan kemampuan berjalan. Ia tetap jadi karakter sentral melalui kecerdasannya sebagai ahli komputer dan informan untuk Batfamily. ia melambangkan semangat untuk bangkit setelah tragedi dan saya suka sikapnya yang pragmatis."
![]() |
Hobi membaca komik sejak dulu, Yasmine juga mengaku senang dengan dunia superhero yang terus berkembang. Belakangan, banyak muncul superhero wanita yang sama kuatnya dengan lelaki.
Dari sisi marketing, banyak juga perempuan yang mulai tertarik komik superhero yang penuh dengan aksi. "Mungkin dari kitanya yang bisa lebih mendukung anak-anak atau perempuan tertarik ke cerita superhero atau punya ide untuk karakter superhero, jangan malah diarahkan ke cerita romantis saja. biarkan perempuan menyukai topik atau aktivitas apapun yang disuka."
Menurut Yasmine, Indonesia bukannya tidak mungkin mengangkat kisah-kisah atau cerita rakyatnya menjadi komik superhero.
"Saya rasa banyak yang bisa diolah jadi komik kalau memang ada yang punya niat itu. Tapi mungkin, harus diolah jadi format yang panjang untuk komik berseri, karena cerita rakyat yang saya tahu kebanyakan pendek-pendek dan lebih fokus ke moral daripada ke petualangan atau narasi."
![]() |
Tak jauh beda dengan kisah Yasmine, Alti Firmansyah kini juga sibuk sebagai line artist Marvel. Line Artist, sebuah profesi yang menggambar sketsa tumbnail, membuat layout, dan panel dari sebuah komik.
Kariernya bersama Marvel mulai saat ada Indonesia Comic Con 2014 di Jakarta, di mana Marvel mengadakan pencarian bakat alias talent scout. Alti saat itu memberanikan diri untuk mendaftar dengan memberikan portfolio. Proses review dilakukan, selang empat sampai lima bulan Alti mendapat informasi bahwa portfolio sudah sampai ke Amerika Serikat (AS).
Marvel mengadakan test page, Alti diberikan lima judul Komik Marvel yang sudah dipublikasi lalu ia memilh komik mana yang ingin digambar. Ms. Marvel adalah cerita yang ia pilih untuk kemudian dijadikan komik. Lolos seleksi, Alti mendapatkan proyek pertamanya untuk menggarap komik dengan tokoh Star Lord, jagoan dari serial Guardians of The Galaxy.
Sudah lima judul komik dan tiga judul video komik Marvel yang sudah dikerjakan Alti. Proyek yang paling berkesan adalah Unstoppable Wasp karena saat menggarap itu ia sedang masa kontraksi kehamilan.
"Untungnya mereka pengertian. Nah, begitu deadline diundur aku ngejar lima halaman sisanya setelah lahiran," kata Alti.
Sebagai Line Artist, Alti mampu bekerja enam sampai delapan jam dalam satu hari. Namun kemampuan bekerja itu sudah menurun sekarang karena harus mengurus sang cabang bayi yang berumur dua bulan.
Selain jarak dan mengurus bayi, kendala menjadi Line Artist Marvel bagi Alti adalah ia yang bukan penggemar berat komik Amerika dari awal. Ketika mendapatkan script cerita Marvel yang harus digambar, ia perlu mencari referensi seperti nama tempat dan tampilan karakter secara spesifik.
Misalnya saja karakter Phoenix dalam tokoh X-Men yang mempunyai versi tampilan kostum yang berbeda-beda. Alti perlu memastikan pada editor tampilan kostum Phoenix seperti apa yang harus ia gambar. Juga dalam proyek Unstoppable Wasp perlu memerhatikan tampilan kostum karakter yang cocok, sesuai dengan judul dan tema yang sedang digarapnya.
Ada wanita Indonesia di balik komik Marvel.
[Gambas:Video CNBC] (tas)
http://bit.ly/2XBKnkJ
April 22, 2019 at 01:59AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita 2 Komikus Wanita RI di Balik Avengers dan Batman Cs"
Post a Comment