
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,3 triliun dengan volume sebanyak 6,48 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 276.746 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-2,58%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,19%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,19%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,02%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,36%).
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,32%, indeks Hang Seng naik 0,47%, indeks Straits Times naik 0,27%, dan indeks Kospi naik 0,41%.
Optimisme terkait damai dagang AS-China menjadi bensin bagi bursa saham regional. Menjelang akhir pekan kemarin, Bloomberg melaporkan bahwa China akan mengirimkan wakil menteri ke Washington untuk mempersiapkan dialog dagang antara Wakil Perdana Menteri China Liu He dengan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.
Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen dan Wakil Menteri Keuangan Liao Min dijadwalkan sampai di AS pada hari ini, menurut dua orang sumber yang tak ingin disebutkan namanya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Sebelumnya, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan Liu He pada 30-31 Januari mendatang akan sangat menentukan terkait apakah AS dan China akan mampu mencapai kesepakatan dagang.
"Saya rasa dialog dengan Liu He akan menentukan," ujar Kudlow dalam wawancara dengan Fox News.
Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump sudah mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% dari yang sebelumnya 10%, jika kesepakatan dagang tak juga tercapai hingga tanggal 1 Maret.
Sejauh ini, perekonomian kedua negara terlihat sudah tersakiti oleh perang dagang yang selama ini berkecamuk. Beberapa waktu yang lalu, perekonomian China diumumkan hanya tumbuh sebesar 6,6% pada tahun 2018, laju terlemah sejak 1990.
Lantas jika damai dagang secara permanen bisa tercapai, perekonomian keduanya bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Selain itu, berakhirnya penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown) ikut memicu optimsime pelaku pasar saham Benua Kuning. Pada Jumat malam waktu setempat (25/1/2019), shutdown terpanjang di era modern tersebut (34 hari) resmi berakhir pasca Trump menandatangani rancangan anggaran sementara yang diloloskan di House of Representative dan Senate pada hari yang sama. Lantas, pemerintahan AS akan kembali beroperasi secara penuh setidaknya untuk 3 minggu ke depan.
Sebelumnya, pemerintahan AS memproyeksikan bahwa shutdown akan memangkas pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0,1% setiap minggunya, menurut seorang sumber dari kalangan pemerintahan yang tak ingin disebutkan namanya kepada CNBC International.
Ini artinya, selama shutdown terjadi, pertumbuhan ekonomi AS setidaknya terpangkas 0,4%. (ank/hps)
http://bit.ly/2FPHnMN
January 28, 2019 at 07:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kena Profit-Taking, IHSG Belum Berhasil Tembus Level 6.500"
Post a Comment