Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bahana TCW Investment Management (BTIM) mengapresiasi langkah pemerintah mengeluarkan kebijakan demi kebijakan dalam merespons gejolak pasar keuangan global. Meski demikian situasi ekonomi dan pasar keuangan Indonesia belum sepenuhnya aman.
Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonom BTIM Budi Hikmat menghargai respons kebijakan pemerintah, tapi fundamental ekonomi Indonesia masih belum sepenuhnya aman dari sentimen global. Menurut dia, penguatan pasar finansial saat ini masih ditopang dari modal asing yang masuk dan juga penurunan harga minyak.
Sementara indikator penguatan daya beli belum meyakinkan. Neraca dagang yang anjlok pada tahun lalu cenderung menekan pertumbuhan daya beli yang terkonfirmasi melalui perlambatan pertumbuhan uang M1 (uang beredar).
"Dengan penurunan harga minyak bumi yang lebih dalam ketimbang harga CPO, batu-bara dan karet, membuat perbaikan sejauh ini ibarat tidak perlu merogoh kocek lebih dalam. Namun isi dompet belum bertambah. Itu sebabnya pemerintah harus memacu perbaikan struktur perdagangan internasional untuk memacu ekspor produk manufaktur dan barang jadi bukan komoditas primer yang booming cycle sudah usai," kata Budi dalam rilisnya, Selasa (29/1/2019).
Berdasarkan kondisi tersebut Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis menyatakan akan bersikap konservatif dalam menargetkan pertumbuhan dana kelolaan pada tahun 2019, di tengah redanya fluktuasi pasar finansial negara berkembang sejak awal tahun ini.
Menurut Edward kondisi pasar finansial Indonesia 2019 masih harus menghadapi tantangan sepanjang kuartal I dan II 2019. Saat ini, ungkap Edward, arus modal asing mulai kembali masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Hal itu didorong sentimen global yang meragukan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat tahun ini, terlihat dari suku bunga obligasi AS yang turun. Di samping itu, harga minyak dunia yang turun turut mendongkrak rupiah kembali menguat terhadap dolar sejak kuartal akhir 2018 lalu.
"Pasar finansial Indonesia memang jauh lebih baik dibandingkan tahun 2018 lalu. Namun, ada persepsi investor yang masih enggan untuk menempatkan investasi di pasar saham dan obligasi karena menunggu perkembangan pasar. Perlu waktu untuk membangun optimisme investor kembali sehingga Bahana memproyeksikan pertumbuhan yang konservatif pada tahun ini," jelas Edward.
(hps/wed)
Let's block ads! (Why?)
http://bit.ly/2sVnR93
January 30, 2019 at 12:29AM
Bagikan Berita Ini
Related Posts :
Waspada, Ekonomi Global Masih Penuh Ketidakpastian
Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko ketidakpastian pasar keuangan global sedikit mereda meskipun masih… Read More...
Hore, 4.000 Tukang Cukur 'Asgar' Kini Bisa Punya RumahJakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 4.000 pemangkas rambut di Garut ternyata masih banyak yang belum … Read More...
Ketemu Dubes Uni Eropa, Prabowo-Sandi Bahas Kebijakan Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Djoko Santoso, mener… Read More...
Rumah Teknologi 'Jarvis' Iron Man Perlu Regulasi Pemerintah
Jakarta, CNBC Indonesia - Kevin McCallister pernah mensiasati dua perampok dengan membuat suatu ade… Read More...
Sejak Awal Tahun, Harga Minyak Sudah Lompat 17%
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak awal tahun 2019 hingga saat ini harga minyak mentah dunia sema… Read More...
0 Response to "Dana Asing Masuk, Tapi Ekonomi RI Belum Sepenuhnya Aman"
Post a Comment