Presiden Joko Widodo juga punya cita-cita serupa. Ia ingin agar kendaraan listrik bisa melaju dengan jumlah masif di jalanan, paling tidak jalanan ibukota. Alasannya, pemakaian kendaraan listrik, dinilai mampu menekan impor BBM yang kian membengkak, sekaligus ramah lingkungan, dan dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Untuk itu, Pemerintah kini tengah mengebut program penggunaan kendaraan listrik di masyarakat Indonesia.
Tetapi, bagaimana dengan nasib konversi BBG yang merupakan bagian dari program langit biru besutan pemerintah untuk mengendalikan pencemaran udara?
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PT Perusahaan Gas Nasional/PGN Tbk (PGAS) Dilo Seno Widagdo menuturkan, pada dasarnya gas tetap masih akan dibutuhkan. Menurutnya, gas bumi adalah energi primer, dan listrik merupakan energi turunan, dan untuk bisa menghasilkan listrik, PLN tetap butuh energi primer seperti gas bumi atau batubara.
"Jadi semakin besar kebutuhan listriknya, PLN akan membutuhkan energi primer lebih banyak lagi," ujar Dilo kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Selasa (22/1/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, untuk infrastrukturnya, seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang tersedia masih tetap bisa digunakan, karena tidak hanya melayani gas alam terkompresi (compressed natural gas/CNG) untuk sektor transportasi tetapi juga CNG untuk sektor komersial, misalnya hotel, rumah sakit, restoran, dan sebagainya.
"Jadi kami akan optimalkan dulu SPBG yang ada saat ini," kata Dilo.
Selain itu, gas juga bisa digunakan di rumah tangga, misalnya untuk memasak, perhitungannya masih lebih murah menggunakan gas dibandingkan dengan kompor induksi/listrik.
Dilo memberikan gambaran singkat, jika menggunakan kompor listrik single paling kecil adalah 1000 watt dan jika dipakai memasak selama satu jam maka kebutuhannya adalah 1 kwh. Adapun, harga listrik rumah tangga (subsidi) Rp 1.450 per kwh, di luar pajak dan administrasi. Jadi, kata Dilo, anggaplah sekitar Rp 1.500 per kwh
"Jadi memasak pakai kompor listrik per jam biayanya Rp 1.500-an. Sedangkan kalau pakai gas, biaya memasak sekitar Rp 700 per jam. Ini ilustrasi memasak menggunakan kompor listrik masih lebih mahal dibandingkan menggunakan gas bumi (karena energi primer dan tanpa subsidi)," tandasnya.
(gus)http://bit.ly/2FI2HU5
January 22, 2019 at 10:35PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dulu Minta BBG Kini Mobil Listrik, Bagaimana Nasib SPBG?"
Post a Comment