
Direktur Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saifulhak menjelaskan Vale telah mengirim surat ke Menteri ESDM pada Desember 2018 soal rencana divestasi. Dalam suratnya itu tertulis divestasi di tawarkan ke BUMN dengan skema right issue.
"Memberitahukan akan menawarkan sahamnya ke BUMN sebesar 20% dengan mekanisme rencana right issue," jawab Yunus kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/1/2019).Menurut Yunus penawaran ini merupakan penawaran aksi korporasi biasa yang jadi bagian kewajiban divestasi Vale sebagaimana diatur dalam kontrak karya dan PP 77 Tahun 2014, yang jatuh tempo Oktober 2019.
Divestasinya sendiri sebenarnya belum jatuh tempo, dan jawaban yang bisa diberikan pemerintah maksimal adalah sesuai ketentuan berlaku yakni sebelum Oktober nanti. Proses, kata dia, masih berlangsung sampai saat ini.
Tanda-tanda bahwa tawaran divestasi ini akan disambut oleh BUMN juga semakin kuat. "Posisi pemerintah hanya mengawasi dan mendukung aksi korporasi dan mendukung BUMN Indonesia untuk beli saham PT Vale," jelasnya.
Lagipula, dengan masuknya Vale ini nanti bisa memperkaya pasokan nikel RI. Apalagi RI sedang dikebut proyek mobil listrik yang membutuhkan nikel sebagai salah satu bahan utamanya.
Dalam wawancara bersama CNBC Indonesia TV, Deputy Chief Executive Officer PT Vale Indonesia Febriany Eddy buka-bukaan soal rencana divestasi ini. Ia mengatakan penawaran divestasi ini memang lebih cepat dari kontrak, yang semestinya dimulai pada Oktober 2019.
Kabar beredar divestasi 20% ini tengah dilirik oleh holding BUMN Pertambangan PT Inalum (Persero). Terkait ini, Febriany belum mau berkomentar banyak. Tetapi ia memaparkan akan terdapat beberapa keuntungan yang dipetik Inalum, terutama soal nilai tambah.
"Inalum kan diciptakan jadi BUMN Holding dengan mandat khusus, di antaranya hilirisasi dan menjadi world class company. Tampaknya Vale masuk semuanya," ujarnya sembari tersenyum.
Vale, kata Febriany, memiliki kinerja positif. Ditambah juga komitmen perusahaan terhadap energi berkelanjutan, yakni dengan mengandalkan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) untuk tenaga smelternya. "Kami bangun 3 PLTA," katanya.
Dari sisi aset dan deposit juga termasuk strategis, "Amandemen KK pun kami sepakat tidak ekspor biji mentah. Jadi kalau dari sisi reputasi, pantaslah."
Febriany belum mau menyebut nilai divestasinya, meski berdasar hitungan CNBC bisa mencapai Rp 6 triliun- Rp 7 triliun dengan harga saham saat ini. "Kami masih minta guidance ke pemerintah," jelasnya.
(gus/hps)http://bit.ly/2TnJb2G
January 30, 2019 at 08:17PM
Bagikan Berita Ini
Apakah Anda tertarik dengan pinjaman? Di SHARON SCOTT LOAN COMPANY, Kami menawarkan semua jenis pinjaman, pinjaman orang, pinjaman keuangan, pinjaman rumah, pinjaman bangunan, apa pun untuk proyek yang ingin Anda investasikan. hubungi kami melalui email: sharonscottloanfirm007@gmail.com whatsapp: +44142803646
ReplyDelete