Search

Subsidi Capai Rp 64 T, Ini 3 Jurus Jonan Tekan Konsumsi LPG

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor dan subsidi LPG makin tahun makin membengkak. Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), subsidi LPG di 2018 mencapai Rp 64 triliun.

Nilai itu bahkan melampaui subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) yang tercatat hanya Rp 33 triliun. Menteri ESDM Ignasius Jonan bahkan pernah menyebut impor LPG setiap tahun hampir mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.

Lantas, apakah pemerintah tidak menyiapkan strategi untuk kurangi konsumsi LPG yang juga bisa memicu defisit dagang migas lebih dalam?


Untuk mengatasi masalah LPG, Kementerian ESDM setidaknya menyiapkan tiga strategi, yakni pembangunan jaringan gas, kompor listrik, dan gasifikasi batu bara.

Pembangunan Jargas
Kementerian ESDM menyatakan jargas memiliki banyak manfaat untuk rumah tangga.

"Mengurangi biaya rumah tangga sekitar Rp 90 ribu per bulan per keluarga. Kemudian lebih praktis, bersih, dan aman dibandingkan tabung LPG 3kg," tulis Kementerian ESDM.

Hingga 2018, terdapat 463.619 rumah tangga yang tersambung jaringan gas. Ini melonjak dari 2014 yang baru terpasang di 200 ribu rumah tangga. Di 2018 sebanyak 90.429 rumah tangga baru yang tersambung, dengan perincian 89.906 dibangun APBN dan 523 dibangun PGN.


Kompor Listrik
Jonan menyarankan kepada PT PLN (Persero) untuk semakin menggencarkan promosi kompor listrik. Sebab, pemakaian kompor listrik dinilai dapat mengurangi konsumsi LPG yang bahan bakunya mayoritas masih impor.

"Kita dorong supaya ada konversi pemakaian dari kompor LPG. Ini bisa kurangi impor LPG nasional," ujar Jonan ketika membuka gelaran Hari Listrik Nasional, September 2018 yang lalu.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir dalam kesempatan bertemu media pekan lalu juga menjelaskan PLN berencana untuk membagi-bagi kompor listrik, harganya kisaran Rp 350 ribu. Pemakaiannya per KWh, jika dihitung lebih murah dibanding gunakan LPG.

Subsidi Capai Rp 64 T, Ini 3 Jurus Jonan Tekan Konsumsi LPGFoto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Gasifikasi Batu Bara
PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan Air Products and Chemicals, Inc membuat perusahaan patungan untuk memproduksi dimetil eter (DME), yang akan menjadi pengganti bahan bakar LPG yang saat ini masih banyak diimpor.

Apakah ke depannya DME bisa menggantikan LPG dan mengurangi impor? Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, menurut Pertamina, perlu sedikit perombakan di kompor sebelum menggunakan bahan bakar DME. Namun perombakannya sangat minim.

"Nah ini nanti bisa 100 persen pakai DME, berarti ke depan kita nanti tidak perlu impor karena 70 persen LPG yang dijual di Indonesia masih kita impor," kata Rini.

"Kalau teknologi ini dengan dasar batu bara bisa kita pakai untuk kompor-kompor kita. Namanya DME pengganti LPG. Jadi nanti pabriknya yang pertama ada di Peranap, Riau, itu persis di tambangnya, dekat mulut tambang (batu bara), karena memang tidak bisa diangkut," paparnya.

[Gambas:Video CNBC] (miq/miq)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2TcbBfR
January 25, 2019 at 10:25PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Subsidi Capai Rp 64 T, Ini 3 Jurus Jonan Tekan Konsumsi LPG"

Post a Comment

Powered by Blogger.