
Memang, The Fed diperkirakan masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 2,25%-2,5% pada pertemuan kali ini. Namun, pasar berekspektasi bahwa The Fed akan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengindikasikan pemangkasan tingkat suku bunga acuan selepas menggelar pertemuan selama dua hari tersebut.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 18 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps pada tahun ini berada di level 32,1%. Untuk pemangkasan sebesar 50 dan 25 bps, probabilitasnya masing-masing adalah sebesar 35,8% dan 16%.
Sementara itu, probabilitas bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipertahankan di level 2,25%-2,5% sepanjang tahun ini hanya tersisa sebesar 2,3% saja, dari yang sebelumnya 26% pada bulan lalu. Wajar jika pelaku pasar di AS memiliki ekspektasi yang begitu tinggi bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan.
Apalagi, beberapa waktu lalu Jerome Powell (Gubernur The Fed) telah secara gamblang memberi sinyal pemangkasan tingkat suku bunga acuan dengan mengubah standar referensinya: dari The Fed yang "sabar" dalam menentukan suku bunga, menjadi bank sentral yang memperhatikan dampak perang dagang dan mengambil tindakan "yang sesuai".
"Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan ini terhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target simetris 2% kami," kata Powell, dilansir dari Reuters.
Pemangkasan tingkat suku bunga acuan memang menjadi opsi paling bijak bagi AS lantaran ekonominya sedang tertekan. Bank Dunia memproyeksikan ekonomi AS tumbuh 2,5% pada 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada 2020. Sebagai informasi, ekonomi AS tumbuh 2,9% pada 2018, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak 2015.
Tak hanya The Fed, sikap dovish juga ditunjukkan oleh bank sentral zona euro yakni European Central Bank (ECB). Berbicara dalam ECB Forum di Sintra, Portugal, Gubernur ECB Mario Draghi menegaskan bahwa pihaknya bisa memangkas tingkat suku bunga acuan atau memperbesar suntikan dana (quantitative easing) jika tingkat inflasi tak mencapai target.
"Jika tidak ada kemajuan, seperti inflasi terancam tidak sesuai dengan target, maka dibutuhkan stimulus tambahan. Kami akan menggunakan fleksibilitas kebijakan untuk mencapai mandat dan menjawab berbagai tantangan ke depan. Kebijakan moneter harus setia pada tujuannya, dan tidak mundur kala inflasi rendah," tegas Draghi, dikutip Reuters.
Pada awal bulan ini, sikap dovish ditunjukkan oleh ECB yakni dengan menunda normalisasi hingga setidaknya pertengahan tahun depan. Sebelumnya, ECB hanya memperkirakan kenaikan suku bunga acuan akan ditunda hingga akhir tahun.
NEXT
(ank/prm)
http://bit.ly/2WTJvXM
June 20, 2019 at 02:20PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ribut-ribut Suku Bunga Acuan BI, Mana yang Pas untuk Bank?"
Post a Comment