Search

Menanti Nasib Garuda, Induk Reliance Group IPO Rp 4,2 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,67% pada perdagangan Kamis kemarin (27/6/2019) ke level 6.352,71.

IHSG menguat seiring adanya sejumlah katalis positif, di antaranya optimisme pelaku pasar terkait hasil sidang putusan MK yang memenangkan pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wapres terpilih.


Selain itu, membuncahnya optimisme bahwa AS-China akan segera meneken kesepakatan dagang membuat aksi beli dilakukan di bursa saham Benua Kuning.

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,19%, indeks Shanghai naik 0,69%, indeks Hang Seng melesat 1,42%, indeks Straits Times tumbuh 0,82%, dan indeks Kospi naik 0,59%.

Sebelum perdagangan Jumat (28/6/2019) ini dibuka, ada baiknya kembali mencermati aksi dan peristiwa emiten sebagaimana dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:

1.Hari Ini, Nasib Laporan Keuangan Garuda Indonesia Diputuskan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengumumkan keputusan final terkait laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) untuk tahun buku 2018 pada hari ini, Jumat (28/6/2019).

Rencananya, pengumuman keputusan final juga bersama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

"Besok [hari ini] diumumkan, lengkap kok besok [hari ini]," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen, di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (27/6/2019).

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyampaikan, pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menyampaikan keputusan final tersebut. "Koordinasi telah dilakukan, tinggal diumumkan," kata Wimboh.

Meski demikian, Wimboh masih enggan membeberkan kemungkinan rekomendasi untuk menyajikan ulang laporan keuangan (restatement) yang akan diberikan terhadap maskapai pelat merah tersebut sebagaimana yang disarankan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). IAPI juga merekomendasikan Garuda melakukan update opini dengan berkoordinasi dengan auditor.


2.Tambah BTS, Smartfren Kaji Pinjaman dari Bank China

PT Smarfren Telecom Tbk (FREN) tengah dalam pembicaraan dengan China Development Bank (CDB) untuk memperoleh pinjaman sekurangnya senilai US$ 200 juta (Rp 2,82 triliun, asumsi kurs Rp 14.100/US$).
Dana hasil pinjaman ini oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai ekspansi penambahan Base Transceiver Station (BTS) di tahun ini.

Direktur Smartfren Antony Susilo mengatakan pembiayaan ekspansi perusahaan selama ini mayoritas bergantung pada pembiayaan perbankan dengan porsi 80%-90%, sisanya akan dibiayai dengan internal perusahaan.

"Pendanaan dari CDB ada fasilitas tapi sudah habis. Sekarang sedang dalam proses fasilitas selanjutnya sebesar dana investasi US$ 200 juta lebih lah, cuma belum bisa disampaikan, masih diskusi," kata Antony di kantornya, Jakarta, Kamis (27/6/2019).

3.PGN Jajaki Serap Gas Produksi Blok Masela
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menilai produksi gas dari Blok Masela merupakan sumber potensial untuk menambah pasokan gas bumi agar dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Direktur Pemasaran PGN Danny Praditya mengatakan, keberadaan Blok Masela sangat memungkinkan sebagai pondasi baru bagi penyediaan gas bumi domestik. Akan tetapi, sejauh ini PGN baru tahap menjajaki kemungkinan kerja sama untuk pemanfaatan gas Blok Masela.

"Ini baru tahap penjajakan, ke arah kerjasama masih panjang prosesnya," ujar Danny melalui keterangan resminya, Kamis (27/6/2019).


4.Indosat Lunasi Utang Obligasi & Sukuk Rp 1,5 T
Emiten telekomunikasi, PT Indosat Tbk (ISAT) melunasi utang yang diterbitkan melalui dua seri surat utang, yakni obligasi dan sukuk, dengan total nilai Rp 1,5 triliun.

Berdasarkan keterbukaan informasi Burs Efek Indonesia (BEI), dilaporkan Obligasi Indosat VIII yang terbit pada 21 Juni 2012 senilai Rp 1,2 triliun jatuh tempo pada 27 Juni 2019.

Maka terhitung sejak Kamis hari ini (27/6/2019), obligasi konvensional milik Indosat tersebut tak lagi dicatatkan dan diperdagangkan melalui BEI.

5. Tak Bagi Dividen, Gajah Tunggal Siapkan Capex Rp 497 M
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) memutuskan tidak akan membagikan dividen kepada pemegang saham seiring dengan masih dialaminya rugi kurs akibat depresiasi rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) tahun lalu.

Perusahaan sebetulnya mencatatkan laba komprehensif senilai Rp 186,36 miliar pada tahun 2018, dari rugi yang dibukukan tahun 2017 senilai Rp 141,28 miliar. Namun secara entitas induk, perseroan masih membukukan rugi bersih Rp 74,56 miliar dari sebelumnya di tahun 2017 yang laba bersih Rp 45 miliar.

Tahun lalu pendapatan Gajah Tunggal mencapai Rp 15,35 triliun, naik dari tahun 2017 sebesar Rp 14,15 triliun.


6. Induk Grup Reliance Siap IPO, Bidik Dana Jumbo Rp 4,26 T
Induk usaha Grup Reliance, PT Reliance Capital Management (RCM) berencana melepas saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini dengan mekanisme penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) tahun ini.

Perseroan membidik dana yang cukup fantastis hingga mencapai US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,26 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.200/US$.

Informasi ini dikemukakan oleh Group Chief Executive Officer (CEO) Reliance Capital Management Joel Richard Hogarth kepada Dealstreetasia.com pada pekan ini.

Kabar Reliance masuk BEI sebetulnya sudah mengemuka pada awal tahun kendati hingga saat ini belum ada pernyataan tertulis dari management RCM yang membawahi beberapa lembaga jasa keuangan dan investasi ini.
(tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2xiN5Au
June 28, 2019 at 03:34PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Menanti Nasib Garuda, Induk Reliance Group IPO Rp 4,2 T"

Post a Comment

Powered by Blogger.