Search

Senangnya... Trump Sambung Lagi Tali Kasih dengan Xi dan Kim

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditransaksikan menguat pada pekan kemarin. Dalam sepekan, IHSG naik 0,68%, rupiah menguat 0,18% melawan dolar AS di pasar spot, dan imbal hasil (yield) obligasi seri acuan tenor 10 tahun turun 4,4 bps.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Joko Widodo effect (Jokowi) menjadi angin segar yang mengangkat kinerja pasar keuangan Indonesia pada pekan kemarin. Pada hari Kamis (27/6/2019), Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan putusan terkait dengan sengketa perselisihan hasil pemilihan presiden (pilpres) 2019-2024.

Pembacaan putusan yang dimulai pada siang hari dan berakhir pada malam hari tersebut resmi mengukuhkan kemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin (Jokowi-Amin).

"Menolak permohonan pemohon (Prabowo-Sandi) untuk seluruhnya," ujar Ketua Majelis Hakim yang juga Ketua MK Anwar Usman di gedung MK, Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Hal itu diperkuat dengan langkah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Jokowi-Ma'ruf sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2019-2024. Penetapan itu dilakukan di kantor pusat KPU, Jakarta, Minggu (30/6/2019).

Langkah Jokowi memasuki periode kedua sebagai presiden menjadi kabar baik bagi pasar keuangan Indonesia lantaran arah kebijakan pemerintahan tidak akan banyak berubah yang berarti ketidakpastian menjadi bisa diminimalisasi. Bagi pelaku pasar keuangan, kepastian memang merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan.

Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pelaksanaan pilpres, dengan catatan bahwa hasil pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Jokowi-Amin sebagai pemenang.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Jokowi berhasil menempati tampuk kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Sebagai informasi, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan tanggal 21 Juni) baru sebesar 1,95% sehingga menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun pilpres sebelumnya.

Wajar saja jika investor melakukan aksi beli di bursa saham tanah air. Mereka tak mau kehilangan potensi cuan yang masih begitu besar.

Aksi beli di pasar saham tanah air pada pekan kemarin banyak dilakukan oleh investor asing. Dalam sepekan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 9,8 triliun. (ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2KOee72
July 01, 2019 at 02:08PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Senangnya... Trump Sambung Lagi Tali Kasih dengan Xi dan Kim"

Post a Comment

Powered by Blogger.