
Menurutnya, memang harus ada yang dikaji lebih dalam untuk mendongkrak sektor yang selama ini menjadi sumber perbaikan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).
Pasalnya, permasalahan defisit transaksi berjalan lantaran kinerja ekspor yang loyo dan arus investasi yang masuk tidak sebesar yang diharapkan.
"Ya kita harus betul-betul melihat perindustri dan perlokasi. Seperti Menteri Perindustrian yang mengidentifikasi 7 sektor industri yang potensial, nanti masing-masing memiliki persoalan-persoalan," papar Sri Mulyani usai Ratas di Istana Negara, Rabu (19/6/2019).
"Jadi kita akan melakukan follow up kebutuhan seperti industri makan-minum, tekstil, otomotif, elektronik, kimia, itu semuanya memiliki perbedaan dari sisi karakteristik kebutuhan mereka. Itu satu," ujarnya.
Kedua dari sisi perpajakan, Sri Mulyani mengungkapkan, Presiden meminta para Menteri supaya lebih banyak memberikan fasilitas yang tidak hanya sekadar instrumen, namun yang lebih penting apakah dia bisa berjalan di lapangan.
Jadi ada penurunan seperti tax holiday, tax allowance atau bahkan rencana untuk melakukan perubahan UU PPh, supaya tarifnya lebih rendah.
"Itu sekarang sedang di-exercise seberapa cepat dan itu sudah betul-betul harus dihitung rate-nya turun ke 20% Itu seberapa cepat dan seberapa risiko fiskalnya bisa ditanggung dan bagaimana implementasinya."
Kemudian, mengenai super deduction (tax) yang selama ini sudah diselesaikan. Sri Mulyani berharap PP-nya segera keluar seperti yang untuk kendaraan bermotor.
"Kami harap sudah akan selesai harmonisasinya dan bisa keluar dalam minggu ini atau awal minggu depan. Karena ini sudah selesai jadi kami harap bisa segera keluar." (prm)
http://bit.ly/2x2JI0e
June 20, 2019 at 03:09PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sri Mulyani Merespons Kemarahan Jokowi soal CAD"
Post a Comment