Indeks Nikkei anjlok 1,08%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,26%, indeks Shanghai turun 0,19%, indeks Straits Times melemah 0,19%, sedangkan indeks Kospi hijau sendirian dengan naik 0,53%.
Sejatinya wajar bagi bursa utama Korea Selatan untuk menghijau karena aksi profit taking. Hal ini dikarenakan sebelumnya indeks Kospi selama 12 hai berturut-turun selalu berakhir di zona merah.
Mayoritas bursa utama saham kawasan Asia diperdagangkan melemah karena ketegangan perang dagang antara dua perekonomian terbesar di dunia membuncah pada akhir pekan kemarin.
Hari Minggu kemarin, pemerintah China merilis dokumen resmi yang menyalahkan AS memulai perang dagang dan menjadi rekan yang tidak dapat diandalkan selama konsultasi negosiasi kedua negara.
"Selama konsultasi, China telah mengatasi banyak kesulitan dan mengedepankan solusi pragmatis. Namun, AS mundur, dan ketika Anda memberi mereka satu inci, mereka menginginkan halaman, ujar Wang Shouwen Wakil Menteri Perdagangan China, dilansir CNBC International.
Sebelumnya, pada Jumat (31/5/2019), Kementerian Perdagangan China juga dikabarkan akan mengungkapkan "Daftar Entitas Yang Tidak Dapat Diandalkan", dimana keputusan ini dipicu dari tindakan Washington yang sudah mulai membatasi aktifitas bisnis perusahaan milik China, dan FedEx yang dicurigai mengalihkan paket yang ditujukan untuk Huawei, dilansir CNBC International.
"Daftar entitas yang tidak dapat diandalkan milik Beijing akan berlaku bagi mereka yang melanggar aturan pasar dan inti (spirits) dar kontrak, memblokir pasokan ke perusahaan-perusahaan China karena alasan non-komersial,
"sangat merusak hak dan kepentingan yang sah dari perusahaan-perusahaan China dan membahayakan keamanan nasional China" ujar Kementerian Perdagangan China, dilansir Reuters.
Lebih lanjut, riset Morgan Stanley Institute (MSI) yang dirilis pada Minggu (2/6/2019) menuliskan bahwa investor tampaknya masih meremehkan dampak perang dagang AS dan China yang menurut MSI dapat menyebabkan ekonomi kedua negara jatuh ke dalam resesi dalam waktu kurang dari setahun.
"Para investor secara umum berpandangan bahwa ketegangan perdagangan dapat berlangsung lebih lama lagi namun mereka tampaknya meremehkan dampak potensialnya terhadap proyeksi ekonomi makro global," tulis Chetan Ahya, kepala ekonom bank investasi itu, dilansir dari CNBC International.
Pelaku pasar tampaknya sudah mulai mencerna seluruh informasi dan mulai mundur teratur dari aset-aset beresiko, tidak terkecuali bursa saham Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
http://bit.ly/2ENsgBe
June 03, 2019 at 05:21PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Dagang Berkecamuk, Bursa Asia Merah Membara"
Post a Comment