Search

Obituari Sutopo, Melawan Kanker di Tengah Bencana Alam

Jakarta, CNBC Indonesia- Sutopo Purwo Nugroho bukanlah sosok yang asing bagi masyarakat Indonesia. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini menjadi figur yang ditunggu ketika suatu bencana hadir di Indonesia.

Apalagi di era digital ketika kabar bohong atau hoax bukanlah barang langka, informasi Sutopo menjadi validitas yang ditunggu.

Wartawan CNBC Indonesia sebenarnya sudah berkenalan dengan Sutopo pada medio 2010 silam, ketika namanya belum dikenal.


Sebagai humas lembaga pemerintah, Sutopo melakukan langkah yang unik kala itu, membuat grup chat bersama wartawan yang biasa meliput bencana alam.


Grup yang dibuat juga bukan di Whatsapp, melainkan Blackberry Messenger (BBM). Maklum, penguna BBM di kalangan wartawan pada saat itu jauh lebih banyak dibandingkan Whatsapp.

"Agar informasi bisa cepat disampaikan kita buat Grup saja," ujar Sutopo pada 2010 lalu. Padahal, beberapa wartawan yang masuk grup tersebut terbilang baru kenal dengan Sutopo.

Langkah ini tergolong unik. Tidak banyak humas lembaga pemerintah yang mau membuat grup dengan wartawan yang belum dikenalnya.

Bahkan banyak humas yang baru menyalurkan informasi kejadian ketika ditanya wartawan, bukan aktif menyebarkan,

Obituari Sutopo, Melawan Kanker di Tengah Bencana & RaisaFoto: detik.com/Ari Saputra

Namun langkah sederhana ini ternyata menjadi solusi atas saluran informasi mengenai bencana alam kepada masyarakat. Dalam hitungan menit, Sutopo sudah mengumpulkan bahan mengenai bencana alam yang baru terjadi, lalu disampaikan ke grup.

Media pun menyebarkan kembali informasi tersebut kepada masyarakat menjadi berita hanya dalam hitungan yang cukup singkat pula. Apalagi bagi media online dan elektronik yang mengandalkan kecepatan berita.


Pengabdian di Tengah Sakit

Suaranya lantang, intonasinya jelas, dan penguasaan materi yang sempurna membuat jurnalis merasa terhipnotis saat konferensi pers yang ditayangkan televisi secara langsung setiap hari itu.

Saat konferensi pers alias konpers, Sutopo memaparkan sejelas-jelasnya kondisi terkini di Palu-Donggala pascagempa yang disusul tsunami pada Jumat (28/9/2018).

Sutopo sendiri mengibaratkan konpers itu sebagai ajang kuliah umum di depan mahasiswa dari berbagai media. Saat Indonesia terkena musibah bencana, dia juga selalu tampil seperti itu.

Sebagai orang yang menjabat Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, memang sudah menjadi tugas dia menyampaikan berbagai perkembangan soal bencana di Palu.

Kalau tidak ada dia, yang setiap hari menggelar konpers terkait kondisi di Palu, mungkin saja kabar hoax sudah liar tersebar ke mana-mana dan membuat warga Palu, dan juga di seluruh Indonesia, menjadi resah.

Bagi media sendiri, apa yang sudah disampaikan Sutopo sangat membantu. Dengan setiap hari menggelar konpers, itu sudah cukup. Informasi sudah banyak dia berikan terkait dengan bencana gempa dan tsunami ini. Terlebih, dia selalu jujur memberikan informasi saat konpers termasuk ketika dirinya mengungkap bahwa sejak 2012 alat pendeteksi tsunami milik RI yakni buoy ternyata sudah tak berfungsi.


Namun, Sutopo merasa apa yang dilakukan belum lah cukup. Masih kurang, Kala itu, dia mengirim whatsapp ke rekan-rekan jurnalis menyampaikan permohonan maaf.

Membaca judulnya saja, mungkin sudah membuat tersentak. Apa maksud Pak Sutopo?

Isi pesan itu antara lain:

Mohon maaf saya tidak dapat menjawab pertanyaan lisan dan tulisan satu per satu. Mohon maaf tidak bisa wawancara ke studio.

Kondisi saya masih sakit. Masih pemulihan dari kanker paru-paru. Fisik rasanya makin lemah. Nyeri punggung dan dada kiri menyakitkan. Rasa mual, ingin muntah, sesak napas, dan lainnya saya rasakan. Bahkan tulang belakang saya sudah bengkok karena tulang terdorong massa kanker, makanya jalan saya miring.

Banyak jurnalis merasa terharu atas dedikasi Pak Sutopo. Setiap hari dia sudah berdiri sekurang-kurangnya 1 jam di hadapan ratusan jurnalis baik itu asing dan nasional, dengan kondisi kesehatannya yang tidak fit.

Obituari Sutopo, Melawan Kanker di Tengah Bencana & RaisaFoto: Akun Twitter Sutopo Purwo Nugroho

Saat itu, dia menulis di akun twitter yang isinya:

"Meski kanker paru stadium 4B, saya tetap berusaha melayani media dan masyarakat dengan baik. Untuk rekan penyintas kanker. Jangan patah semangat. Tetap sabar, kerja dan berdoa. Hidup itu bukang panjang-pendeknya usia. Tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain."

Uniknya, di akhir cuitannya itu dia me-mention artis Raisa di @raisa6690. Mungkin saja dia mengidolakan istri dari Hamish Daud itu.

Akhir kata, Pak Sutopo merupakan idola para jurnalis dan (mungkin) masyarakat. Ia adalah salah satu narasumber terbaik yang dimiliki Negeri ini.

Selamat Jalan Pak Sutopo!

(dob/dob)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Jxr1YB
July 07, 2019 at 07:20PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Obituari Sutopo, Melawan Kanker di Tengah Bencana Alam"

Post a Comment

Powered by Blogger.