Search

Survei BI: Pilpres Usai, Penyaluran Kredit akan Menggeliat

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) pada hari ini merilis publikasi Survei Perbankan edisi kuartal II-2019, kemarin. Sebagai informasi, survei ini dilakukan terhadap 40 bank umum dengan pangsa pasar kredit sekitar 80% dari total kredit.

Melalui publikasi ini, dapat diperoleh gambaran mengenai permintaan kredit di masa depan, berikut dengan prospek penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan arah pergerakan suku bunga kredit.

Pada tiga bulan kedua tahun ini, survei BI mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit baru secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ) mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada periode tersebut yang sebesar 78,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pada kuartal I-2019 yang sebesar 57,8%.


Pada kuartal II-2019, peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit bersumber dari kredit investasi dan kredit konsumsi.

Untuk kuartal III-2019, pertumbuhan kredit baru diperkirakan akan kembali meningkat seiring dengan kembali naiknya SBT permintaan kredit baru menjadi 92,8%, dari 78,3% pada kuartal II-2019. Optimisme terhadap kuatnya kondisi perekonomian serta kondisi politik yang kondusif pasca pemilihan umum (Pemilu) disebut oleh responden sebagai faktor yang akan mendorong penyaluran kredit tumbuh lebih tinggi lagi pada kuartal depan.

Jika diurutkan secara prioritas, responden menyebut bahwa kredit modal kerja menjadi prioritas utama mereka dalam menyalurkan kredit baru di kuartal III-2019, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi.

Beralih ke DPK, penghimpunan dana masyarakat pada kuartal III-2019 diperkirakan tumbuh melambat, tercermin dari SBT pertumbuhan DPK yang sebesar 87,1%, lebih rendah ketimbang capaian pada kuartal II-2019 yang sebesar 95,4%. Melambatnya pertumbuhan DPK diproyeksikan terjadi seiring dengan perlambatan pada instrumen giro, sementara deposito dan tabungan diperkirakan akan membukukan pertumbuhan yang lebih tinggi.

Hal ini tentu perlu diwaspadai. Pasalnya, penyaluran kredit yang kencang tampak tak akan bisa diimbangi oleh kucuran DPK yang memadai. Ujung-ujungnya, likuiditas perbankan akan menjadi semakin ketat.

Melansir publikasi Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio penyaluran kredit terhadap DPK atau loan to deposits ratio (LDR) bank umum konvensional berada di level 94,25% per April 2019, jauh melonjak dari yang sebelumnya 90,43% pada April 2018.

Berbicara mengenai suku bunga kredit, diperkirakan ada penurunan tipis sebesar 2 bps untuk kredit modal kerja pada tiga bulan ketiga tahun 2019, menjadi 11,49%. Untuk suku bunga kredit investasi dan konsumsi, diperkirakan terjadi kenaikan masing-masing sebesar 8 bps dan 29 bps ke level 11,68% dan 13,25%.

Proyeksi Tahun 2019
Untuk keseluruhan tahun 2019, rata-rata responden yang disurvei BI memperkirakan penyaluran kredit tumbuh sebesar 11,2%, lebih rendah dibandingkan realiasasi pertumbuhan pada tahun lalu yang sebesar 12,1%.

Untuk pertumbuhan DPK, walaupun diproyeksikan ada perlambatan pada kuartal III-2019, untuk keseluruhan tahun 2019 diproyeksikan akan ada peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan tahun 2018.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/30GVWs3
July 18, 2019 at 03:01PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Survei BI: Pilpres Usai, Penyaluran Kredit akan Menggeliat"

Post a Comment

Powered by Blogger.