Search

Bangun Infrastruktur, Tapi RI Kekurangan "Habibie Baru"

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto menaruh perhatian pada potensi dalam negeri dalam pembangunan infrastruktur ke depan. Dia menilai, geliat infrastruktur 4 tahun terkait cukup signifikan, namun masih perlu ditingkatkan.

"Banyak yang harus lebih ditingkatkan. Misalnya, ke depan kita punya kesempatan buat perencanaan yang lebih komprehensif mulai dari siapa yang melaksanakan," ujarnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Selasa (23/1/2019).

Menurutnya, 'politik kontruksi' harus diperkuat. Dalam hal ini, dia menilai perlu diperhatikan cara melaksanakan proyek infrastruktur. Dikatakan, harus ada kebijakan afirmatif untuk memanfaatkan dan memaksimalkan kapasitas nasional.


"Insinyur kita, kontraktor nasional kita, industri nasional, investor nasional, dan pemain pemain lokal semuanya lah, harus lebih dilibatkan," paparnya.

"Jadi kita akan lihat muncul ikon insinyur baru, dulu kan ada Sutami, Juanda, Habibie. Kita harapkan muncul ikon cemerlang. Muncul industri yang tidak hanya bisa jadi pemain nasional tapi bisa jadi regional. Bisa ekspor. Kita ekspor kereta aja bisa kan ke Bangladesh," lanjutnya.


Selama ini, dia menilai keberpihakan pemerintah terhadap potensi dalam negeri sudah cukup tercermin melalui adanya porsi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada suatu proyek. Meski begitu, menurutnya pemerintah perlu mengambil langkah lebih signifikan.

"Kita hidup harus membuat sesuatu lebih baik. Bukan berarti yang sekarang jelek. Kan sekarang belum lahir nih Habibie baru, Habibie muda belum lahir lagi. Sutami muda belum lahir lagi. Infrastruktur tidak berhenti sampai 2019, harus dibangun terus," urainya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa infrastruktur dibangun melalui dua pendekatan. Pertama, demand-driven yakni pembangunan yang dilatarbelakangi karena adanya kebutuhan.

"Misalnya ada daerah yang masih belum dialiri listrik, tapi sebenarnya kebutuhan listrik mendesak. Maka bangun pembangkit listrik di situ. Atau daerah macet ya kita buatkan jalan, daerah terhambat kita buatkan jembatan, itu namanya demand-driven," bebernya.

Pendekatan kedua yakni supply-driven, di mana infrastruktur dibangun supaya berbagai sektor industri mampu tumbuh. Kedua pendekatan tersebut sudah dilakukan pemerintah selama 4 tahun terakhir.

"Kita bangun infrastruktur untuk dorong pertumbuhan industri, pariwisata. Ini juga harus dimaksimalkan bahwa sudah dibangun jalannya, harus dilengkapi lagi dengan regulasinya, dengan hal-hal lain agar industri tumbuh, pariwisata tumbuh. Ini harus kita kawal. Jadi dia mengcreate demand baru," pungkasnya. (hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2RKiiZG
January 23, 2019 at 05:04PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bangun Infrastruktur, Tapi RI Kekurangan "Habibie Baru""

Post a Comment

Powered by Blogger.