
"Data global menunjukkan, hampir 60% portfolio perbankan itu at risk berpotensi akan menurun kalau banknya tidak melakukan perubahan secara konsisten," kata Sukarela dalam acara dalam Seminar Digital Disruption and Banking For the Future: Avoiding 'Extinction Phase', Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Hingga saat ini, kata Sukarela, penurunan laba itu belum terlihat secara signifikan di industri perbankan. Namun, lambat laun jika bank tidak melakukan perubahan maka akan terdampak.
"To some level belum terlalu signifikan tetap nanti cepat atau lambat kalau banknya tidak melakukan perubahan maka akan terdampak," tuturnya.
Sejumlah bank diketahui tidak berencana menambah kantor cabang tahun ini. Adanya model bisnis digital membuat bank melakukan efisiensi. Hal itu, menurut Sukarela, tidak perlu dikhawatirkan tinggal pengurangan kantor cabang atau pengurangan jumlah pegawai dipastikan tidak mengurangi kinerja.
"Tinggal ke depan dengan dampak pengurangan tenaga kerja dan kantor cabang, bank melakukan transformasi digitalnya sehingga dari sisi volume transaksi, aset dan laba jangan sampai menurun," ungkapnya.
Terlebih, inklusi keuangan di Indonesia belum terlalu dalam. Adapun tahun ini targetnya 75% penduduk Indonesia bisa terlayani oleh perbankan. Bank tinggal mengubah strategi, bisnis model, dan cara kerja sehingga bisa lebih efektif.
Untuk itu, baik fintech atau bank memiliki beberapa opsi untuk melebarkan sayapnya ke model bisnis digital dengan cara melakukan diwnsizing, merger atau akuisisi atau kolaborasi.
"Pilihannya melakukan downsizing, merger atau akuisisi, misalnya bank akuisisi fintech atau fintech akuisisi bank lalu kolaborasi." pungkasnya.
(roy/roy)
http://bit.ly/2GXE8lJ
May 02, 2019 at 07:57PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tak Transformasi ke Digital, Perbankan Bakal Rugi Banyak"
Post a Comment