"Lebaran paling [banyak] pelunasan. Pelunasan itu dia ambil barang. Tapi tergantung juga, ada cabang kita yang ramai [orang] menggadai barang," katanya kepada CNBC Indonesia.
Di area Cempaka Putih, Pusat Gadai Indonesia membuka tiga kantor cabang. Ia mengatakan, setelah hari raya Idul Fitri atau Lebaran, orang akan tambah ramai datang untuk menggadai barang kembali karena uang sudah habis dipakai di hari raya.
"Paling nanti habis Lebaran malah tambah ramai orang yang gadai. Soalnya, duitnya sudah habis saat Lebaran," ujarnya.
Mendapatkan uang dengan menggadai barang menjadi alternatif paling mudah. Nasabah hanya perlu membawa barang yang digadai seperti laptop, kamera, handphone atau telepon seluler (ponsel), BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) motor dan data diri berupa KTP. Barang tersebut wajib milik sendiri.
Di hari yang sama, uang yang diperlukan langsung cair dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Di Super Gadai, bunga dipatok sebesar 10% untuk jangka waktu sebulan. Jika pelunasan dilakukan 2 minggu pertama, maka bunga hanya akan dikenakan 5%.
"Semua harganya kami sudah ada daftarnya. Misal, untuk handphone Android rata-rata Rp 800.000. Kalau digadai lengkap dengan boks bisa lebih tinggi lagi," ungkap seorang pegawai Super Gadai, Cempaka Putih.
Tidak semua ponsel bisa digadai. Di Super Gadai, misalnya, hanya iPhone seri 6 yang bisa digadai. iPhone 6 saja dihargai minimal Rp 1,2 juta. Untuk gadai BPKB motor, dengan ketentuan periode pembuatan motor harus minimal tahun 2012. Rata-rata gadai motor dihargai minimal Rp 800.000. Itu karena usaha gadai yang dijalankan berbentuk koperasi sehingga tidak ada survey.
Tak jauh dari Super Gadai, Top Gadai juga kebanjiran nasabah beberapa waktu terakhir menjelang Lebaran. "Banyak sih belakangan ini. Kebanyakan elektronik, handphone," kata seorang pegawai Top Gadai.
Baik di Super Gadai maupun di Top Gadai keduanya menyediakan asuransi kepada nasabah. Barang yang mengalami kerusakan selama penyimpanan akan ditanggung oleh pihak gadai. Kerusakan yang terjadi setelah barang diambil tidak bisa dipertanggungjawabkan.
"Kalau kita diasuransikan nanti cek pas pelunasan kalau ada kerusakan nanti kita tanggung jawab. Tapi itu hanya untuk kerusakan yang terjadi di dalam," ungkapnya.
Berbeda dengan Super Gadai dan Top Gadai, Pusat Gadai memberlakukan biaya administrasi di awal sebesar 1% dari pinjaman. Untuk pelunasan 0-15 hari dikenakan 5% dan 10% untuk sebulan.
"Kalau telat dikenakan denda tambahan 5%. Kalau untuk pelunasan nanti dikenakan denda jadi 15% dalam sebulan. Sebulan telat. Jika belum bisa melunasi bisa diperpanjang," katanya.
Pihaknya juga menyediakan asuransi bila terjadi kerusakan barang. Ia meyakinkan bahwa barang yang disimpan aman. Untuk handphone misalnya ditaruh di dalam plastik anti jamur.
"Selama saya kerja belum ada yang rusak karena jamur apalagi kehilangan. Kalau ada kerusakan selama penyimpanan kami pasti tanggung jawab," ucapnya.
Hal-hal tersebut tidak terjadi pada usaha gadai rumahan. Masih di Cempaka Putih, terdapat sebuah rumah yang bagian rumahnya diubah menjadi usaha gadai. Harga sebuah barang elektronik tidak memiliki daftar harga. Pemilik usaha hanya akan mengecek kondisi barang dan tipe barang.
"Saya cek dulu kameranya ya. Ini [handphone Xiaomi] kira-kira dapat Rp 500.000 lah ya," ungkap pemilik usaha gadai tersebut.
Pada dindingnya pun tidak terdapat pemberitahuan bahwa usaha gadainya diawasi oleh OJK. Pun tidak ada asuransi yang melindungi barang nasabah selama peminjaman. Bunga yang dikenakan serupa dengan gadai-gadai yang diawasi OJK.
http://bit.ly/2JRTivl
June 03, 2019 at 04:27PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gadai Barang Ramai Jelang Lebaran, dari BPKB hingga Ponsel"
Post a Comment