Search

Ekonomi China Melambat, RI pun Kerepotan

Bali, CNBC Indonesia - Kondisi ekonomi dunia sedang mengalami perlambatan. Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2019 menjadi 2,6% dari sebelumnya 2,9%. Melambatnya laju pertumbuhan ekonomi global tahun ini disebabkan lesunya perdagangan internasional.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan perlambatan ekonomi dunia juga disebabkan oleh pesimisme yang dibuat oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Baca Juga: Waspada! Perlambatan Ekonomi China Jadi Ancam Serius Dunia


Belum lagi, perang dagang yang ditabuh oleh Trump terhadap China membuat aktivitas perdagangan dunia menciut. Alhasil pertumbuhan ekonomi bakal melambat. Aktivitas perdagangan dunia yang melambat juga membuat ekonomi China bakal turun. Buat Indonesia ini tidak menguntungkan.

"Saat ekonomi China melambat, maka kita (Indonesia) kerepotan. Karena membuat harga komoditas andalan Indonesia turun, dan ekspor juga ujungnya turun," kata Mirza di Plataran Menjangan, Bali, akhir pekan lalu.

Pemerintah Indonesia harus mencari strategi untuk menggenjot ekonomi di tengah perlambatan ekonomi dunia seperti saat ini.

Bagi BI, Mirza mengatakan, langkah penurunan suku bunga acuan akan mulai dilakukan. Seiring dengan ancang-ancang dari bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), untuk menurunkan suku bunga acuannya di tengah perlambatan ekonomi di negaranya.

"Penurunan ekonomi AS terjadi pada 2019 dan menyebabkan AS berancang-ancang menurunkan suku bunga acuan. Jadi kita punya ruang melakukan pelonggaran. Karena itu kita mulai menurunkan GWM (Giro Wajib Minimum) sebagai langkah awal pelonggaran moneter," ujar Mirza.

Penurunan GWM ini memberikan likuiditas lebih bagi perbankan Rp 25 triliun, yang diharapkan bisa dikucurkan untuk kredit dan menggenjot ekonomi dalam negeri.

Baca Juga: 'Sedikit' Longgar, BI Pakai Senjata GWM Bukan Suku Bunga

Ke depan, BI juga berancang-ancang menurunkan bunga acuan. Tinggal menunggu langkah pelonggaran dari The Fed,

"Pelaku pasar keuangan mengatakan pada Juli, The Fed akan turunkan suku bunga. Kalau itu benar, maka ruang pelonggaran lebih lanjut semakin terbuka. Kemungkinan The Fed menurunkan bunga acuan di Juli cukup besar. Tapi berapa besar turunnya, indikasinya tidak akan banyak," papar Mirza.

Langkah BI menurunkan bunga acuan akan dilakukan untuk menstimulus ekonomi dalam negeri. Penurunan bunga acuan akan membuat bunga kredit turun, sehingga dunia usaha diharapkan bisa bergairah dan mau berekspansi dengan bunga kredit yang lebih murah.

Meski begitu, dari sisi pemerintah juga harus ada langkah yang dilakukan menghadapi kondisi perlambatan ekonomi yang terjadi. Mirza tidak menampik soal ekonomi dalam negeri yang melambat. Indikasinya terlihat dari penurunan impor barang modal dan penjualan semen.

Indonesia punya tantangan yang harus diperbaiki dan dibenahi untuk membuat ekonominya memiliki daya tahan tinggi ke depan. Apa saja?

Bagi Mirza, pembenahan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menjadi langkah penting.

Baca Juga: Wahai Para Menteri, Ini Ultimatum Terakhir Jokowi soal CAD!

"Upaya memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sering terhambat oleh peningkatan kerentanan ekonomi makro, kususnya defisit neraca transaksi berjalan yang berdampak pada nilai tukar," papar Mirza.

Kemudian Mirza melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia belum lepas dari masalah struktural daya saing, yang memengaruhi sisi suplai, termasuk suplai valas di pasar domestik.

"Kondisi tersebut terindikasi dari meningkatnya CAD saat perekonomian nasional tumbuh tinggi. Kunci perbaikan adalah pada penguatan ekspor manfaktur dan jasa (pariwisata)," tutur Mirza. (wed/wed)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/32h1ICn
July 08, 2019 at 02:42PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ekonomi China Melambat, RI pun Kerepotan"

Post a Comment

Powered by Blogger.