
Namun, ada catatan setelahnya. SKK Migas melaporkan blok migas yang paling banyak mengalami penurunan adalah PT Pertamina Hulu Mahakam.
Kemarin, Pertamina mengundang wartawan untuk membahas langkah-langkah menggenjot produksi di Blok Mahakam, Kalimantan. Salah satunya adalah pertimbangan ekonomis dengan memaksimalkan kemampuan sumber daya manusia dan peralatan.
General Manager Pertamina Hulu Mahakam (PHM) John Anis menuturkan upaya PHM dalam mempertahankan baseline sumur di sana dengan cara mengoptimalkan compresore untuk sumur-sumur yang telah berusia 50 tahun.
"Saat compresore, sumurnya harus dimatikan. Tapi kita mengupayakan agar matinya jangan terlalu lama. Karena misalnya untuk sumur yang sudah berusia 50 tahun pada saat mati, susah untuk menghidupkannya," kata John.
Sumur memang harus dimatikan saat dikompresi. Ini dilakukan karena mempertimbangkan faktor keselamatan. Di sinilah PHM, kata John, berpikir bagaimana caranya agar waktu matinya sumur lebih cepat dari biasanya.
"Ada engineering mengerjakan yang seharusnya mati selama tiga hari menjadi satu atau setengah hari," ucapnya.
Sementara untuk sumur lama, PHM mencoba mengaktifkan kembali dengan memakai metode shut in build up (SIBU). Operasi ini cukup menguras tenaga. John mengatakan, untuk melihat tekanan pada sumur, para pekerja mengeceknya dengan menempuh perjalanan cukup jauh.
"Kalau teman-teman di sana pakai tenaga nasi. Teman-teman yang membuka sumur, melihat dulu tekanannya. Sehari bisa 50-60 sumur dengan jarak yang jauh dari mulai utara sampai selatan," kata John.
PHM juga akan melakukan pengeboran secara agresif di WK Mahakam. Sampai Juni 2019, PHM merealisasikan 42 sumur dari 118 sumur yang ditargetkan pada 2019.
John mengaku optimis dapat memaksimalkan potensi yang ada saat ini untuk mencapai target. Hal itu berkaca pada produksi gas Pertamina sebagai pemain baru yang pada tahun lalu berhasil mencapai target 5% lebih tinggi dibanding operator sebelumnya.
Di tempat yang sama, Direktur Hulu PT Pertamina Dharmawan Samsu memaparkan bahwa investasi di sektor hulu secara keseluruhan sekitar US$ 2,6 miliar. Jumlah ini berkisar 60% dari seluruh investasi Pertamina sekitar US$ 4,2 miliar.
Lebih lanjut dijelaskannya, hingga Juni 2019, total produksi minyak Pertamina mencapai 413 MBOPD dan produksi gas sebesar 2.856 MMSCFD. Sedangkan untuk lifting minyak sebesar 371 MBOPD dan lifting gas sebesar 2.154MMSCFD.
(miq/miq)
https://ift.tt/2YYvvO9
July 19, 2019 at 02:50PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jihad Pertamina Genjot Produksi Blok Mahakam, Efektif?"
Post a Comment