Search

Komoditas Sepekan: Harga Batu Bara Naik Paling Tinggi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara bergerak positif sepekan terakhir, tepatnya mencapai 13,14% dan mengungguli tiga komoditas utama lain yaitu emas, minyak sawit mentah (CPO), dan minyak mentah. 

Harga CPO hanya naik 0,46% sepanjang pekan, emas terkoreksi 0,68%, dan minyak mentah WTI jatuh 1,26%. 


Harga komoditas batu legam selama sepekan terangkat prospek pertumbuhan ekonomi global yang akan tertolong tingginya ekspektasi penurunan suku bunga acuan.

Suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) contohnya, yang diprediksi turun 25 basis poin (bps) pada akhir Juli nanti, saat ini sudah ada 95,1% pelaku pasar yang prediksinya dihimpun CME Fedwatch. 

Angka itu naik dari 94,6% kemarin dan meroket dari sepekan lalu 67,7%. Dengan prospek ekonomi dunia yang akan tertolong dengan penurunan suku bunga tersebut, diharapkan konsumsi batu bara dan energi juga akan naik. 

Sepekan lalu, data Refinitiv menunjukkan harga batu bara melonjak menjadi US$ 77,9 per ton dari sebelumnya US$ 68,85 per ton.  

Kenaikan juga didukung lebih fokusnya produsen batu bara untuk mencari pengganti konsumen dari China yang masih mengerem masuknya batu bara, dan saat ini calon pengganti konsumen utama batu bara adalah Asia Selatan dan Asia Tenggara, khususnya India dan pasar domestik Indonesia.  

Menjelang akhir pekan, terdapat sentimen tambahan yaitu data PMI Manufaktur dari Jerman, China, Jepang, AS yang baru dipublikasikan. 

Rilis data tersebut menunjukkan bahwa PMI Manufaktur ketiga negara tersebut beserta beberapa negara lain di bawah catatan bulan sebelumnya, di bawah ekspektasi pelaku pasar, atau di bawah 'angka ajaib' 50 yang menandakan adanya kontraksi dibanding bulan sebelumnya. 

Nikkei PMI Manufacturing Jepang pada Juni hanya dibukukan 49,3, di bawah bulan sebelumnya 49,8 dan masih lebih mini dari ekspektasi pasar 49,5. 

Caixin Manufacturing PMI China juga hanya 49,4, di bawah bulan sebelumnya 50,2 dan di bawah ekspektasi pasar 50. 

Markit Manufacturing PMI Jerman pun juga sudah di bawah angka sakral 50 sejak memasuki 2019, tepatnya masih di 45 pada Juni, sudah di atas Mei 44,3 tetapi masih lebih rendah dari ekspektasi pasar 45,4. 

Di sisi lain, ISM Manufacturing PMI AS dicatatkan 51,7, di bawah bulan sebelumnya 52,1 meskipun masih di atas ekspektasi pasar 51.  

Data PMI Manufaktur yang kurang menggembirakan tersebut akhirnya sempat mendorong ekspektasi positif terhadap potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, yang akhirnya berdampak pada penurunan suku bunga masing-masing negara. 

Pada Kamis sendiri, harga batu bara meroket 5,35% menjadi US$ 77,85 per ton dari sebelumnya US$ 73,9 per ton.  

Meskipun sedang positif-positifnya, kekhawatiran yang masih perlu dicermati adalah jika perlambatan ekonomi terjadi begitu masifnya sehingga penurunan suku bunga tidak mampu mengobati laju ekonomi dan akhirnya tidak ada serapan komoditas yang membaik dari negara-negara importir. 

Karena itulah, prediksi komoditas batu bara jangka menengah dan jangka panjang masih tetap negatif dan belum ada katalis kunci yang bisa mengubah arah tren harga globalnya. 

CPO
Di pasar lain, komoditas CPO juga mengalami kenaikan harga signifikan menuju penghujung pekan. Di pasar Malaysia yang masih menjadi pusat perdagangan CPO, harga komoditas cair tersebut naik 0,46% sepanjang pekan dan sebesar 0,51% pada Jumatnya saja. 

Salah satu kabar baik utama sumringahnya harga CPO adalah batalnya India mengenakan tarif impor pada salah satu produk turunan minyak sawit yaitu olein, dalam pembahasan APBN 2019-2020 mereka.  

Meskipun tetap mengenakan tarif impor pada produk derivatif CPO yang lain yaitu stearin sebesar 7,5%, tetapi pelaku pasar sebelumnya keburu berspekulasi bahwa olein juga akan terkena aksi proteksi industri pengolahan CPO India tersebut. 

Strearin adalah produk olahan yang awalnya berupa cairan putih hasil fraksinasi CPO, tetapi langsung berubah menjadi padat putih jika berada di tengah suhu ruangan.  

Produk yang biasanya sudah melalui proses penyulingan, pengelantangan (jemur), dan penghilangan bau (refined, bleached, and deodorized, RBD), dengan produk akhir mentega, sabun, lilin, dan digunakan juga pada industri oleo kimia. 

Stearin itu adalah produk turunan dari olein, yang berwarna kuning bening serta sudah mengalami proses RBD.  

Biasanya olein digunakan untuk minyak goreng sawit, pengolahan makanan komersil, juga digunakan pada industri oleo kimia, pembuatan biodiesel, dan produk kosmetik. 

Di India, pengenaan impor tersebut dianggap tidak membahayakan bagi industri CPO karena India tidak banyak mengimpor CPO stearin dan justru banyak mengimpor olein.  

Minyak
Ternyata, data PMI juga berdampak pada turunnya harga minyak mentah dunia.  Harga minyak sepekan yang turun sekitar 1,2% terutama disebabkan oleh ekspektasi bahwa kondisi perekonomian dunia yang memburuk, salah satunya data PMI manufaktur, akan membuat tingkat penyerapan emas hitam tersebut berkurang. 

Meskipun demikian, penahan koreksi harga lebih dalam di penghujung pekan adalah keputusan pemangkasan produksi minyak oleh organisasi negara pengekspor minyak yaitu OPEC.  

Selain itu, perkembangan kondisi Timur Tengah yang semakin membara juga menjadi faktor yang membatasi pergerakan naik harga minyak mentah. 

Pekan ini, Iran mengancam Inggris yang menangkap kapal tanker negara Persia tersebut di Selat Gibraltar karena tuduhan melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.  

Faktor tambahan yang juga menahan koreksi harga minyak jatuh lebih dalam lagi pekan lalu adalah tingkat cadangan minyak AS yang berkurang.  

U.S. Energy Information Administration melaporkan bahwa dalam sepekan sejak Rabu terjadi penurunan cadangan 1,1 juta barel minyak mentah, kutip Reuters

Penurunan cadangan itu memberi dorongan lebih kepada harga minyak mentah dunia, meskipun masih lebih kecil daripada penurunan cadangan 5 juta barel yang dirilis American Petroleum Institute dan juga lebih kecil daripada prediksi analis.   


Emas
Jika APBN India justru memberi berkah pada harga CPO, di sisi komoditas emas justru berdampak sebaliknya. Pemerintahan baru Modi yang diwakili Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman berencana menaikkan tarif impor emas dan perak dari 10% menjadi 12,5% guna mengurangi jumlah pembelian kedua logam itu dari luar negeri. Sepanjang Mei, impor emas di India memang naik dan berdampak buruk pada defisit perdagangan Negeri Anak Benua tersebut. Setelah rencana itu diumumkan Sitharaman, harga emas dan saham perusahaan emas jatuh karena pelaku pasar memprediksi impor emas ilegal akan semakin marak. Faktor lain yang menyebabkan harga emas jatuh adalah pengumuman data tenaga kerja AS yang positif pada Jumat sehingga membuat ekspektasi penurunan suku bunga acuan di negara adidaya tersebut mengecil, meskipun belum menutup sentimen negatif dari data tenaga kerja sebelumnya.    TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Jj604Y
July 07, 2019 at 04:30PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Komoditas Sepekan: Harga Batu Bara Naik Paling Tinggi"

Post a Comment

Powered by Blogger.