
Pada perdagangan Senin (13/5/2019) pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Juli menguat 0,11% menjadi US$ 70,7/barel, setelah naik 0,33% akhir pekan lalu (10/5/2019).
Bersamaan dengan itu, harga light sweet (WTI) melemah 0,16% ke level US$ 61,56/barel, setelah terkoreksi tipis 0,06% akhir pekan lalu.
Pada hari Jumat (10/4/2019), pemerintah AS secara resmi telah meningkatkan bea impor produk China yang senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%).
Pihak AS mengatakan tindakan tersebut diambil karena China telah menarik komitmen di beberapa poin kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Meskipun hari Kamis dan Jumat (9-10/5/2019) Wakil Perdana Menteri China, Liu He telah berdialog dengan AS namun keputusan tersebut ternyata tidak berubah.
Pemerintah China pun mengatakan sudah mempersiapkan langkah serupa sebagai bentuk balasan.
Tampaknya memang skenario saling lempar tarif impor antara dua raksasa ekonomi dunia yang terjadi pada tahun lalu (2018) akan terulang.
Kala itu terjadi, aliran perdagangan antara keduanya akan melambat dan menyebabkan gairah ekonomi semakin lesu. Apalagi diketahui bahwa keduanya merupakan mitra dagang yang terbesar satu sama lain.
Bila perekonomian AS dan China terus melambat, maka permintaan energi juga sulit untuk tumbuh bahkan berkurang. Mengutip Reuters, kedua negara tersebut menyumbang 34% dari konsumsi minyak mentah dunia pada kuartal I-2019, berdasarkan data Energy Information Administration (EIA).
Tentu saja itu bukan kabar yang baik bagi pasar minyak dunia, karena bisa membuat pasokan sulit untuk terserap. Keseimbangan fundamental pun berpotensi semakin terbebani dan menekan harga minyak.
Tapi untungnya masih ada Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang bisa menopang harga minyak.
Hingga saat ini, OPEC dan sekutunya masih terus memangkas produksi minyak, seperti yang disepakati pada akhir tahun 2018 silam.
Bulan Juni nanti, OPEC dan sekutunya dijadwalkan menggelar pertemuan di Wina, Austria untuk membahas kelanjutan dari kebijakan tersebut.
Namun Menteri Energi Arab Saudi, pernah mengatakan bahwa negaranya akan terus menahan produksi pada level yang rendah, bahkan hingga akhir tahun 2019 apabila dibutuhkan. Artinya masih ada peluang bagi pasokan minyak global untuk tatap pada kondisi yang ketat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
http://bit.ly/2WGsTn8
May 13, 2019 at 04:02PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Babak Baru Perang Dagang, Arah Harga Minyak Jadi Tak Jelas"
Post a Comment