
Direktur Keuangan dan SDM Indofarma, Herry Triyatno menjelaskan, saat ini perseroan melakukan 9 kerjasama bisnis aliansi strategis bersama mitra internasional yang diinisiasi sejak tahun 2018. Rinciannya terdiri dari 4 join operation dan 5 bisnis joint venture.
Dalam paparan publik perseroan disampaikan, setidaknya ada beberapa project yang akan di groundbreaking tahun ini yakni pembangunan produksi bahan medis habis pakai. Ditargetkan akan diproduksi secara komersil di pabrik INAF di Cibitung tahun depan. Project ini bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan.
"Outputnya peralatan medis sekali pakai seperti kateter, selang untuk kebutuhan operasi. Agreement sudah selesai, tinggal selesaikan funding, kita bangun tempat lalu operasional," kata Herry Triyatno, di Jakarta, Selasa (7/5/2019).
Selain itu, perusahaan juga membidik join operation dengan perusahaan asal Amerika Serikat yang berbasis di India untuk pengembangan Oncology product atau obat untuk cancer. Saat ini diakui Herry sedang dalam tahap penjajajakan. Ditargetkan, JoA signing akan rampung di tahun ini dan mulai diproduksi komersial pada tahun 2021.
"Saat ini masih penjajakan, mudah mudah jalan, Oncology product akan memberikan marjin yang cukup tebal, beda dengan obat generic yang murah," ungkapnya.
Herry mengakui, industri farmasi masih menghadapi tantangan yang cukup berat, hal ini terlihat dari kinerja perseroan hingga triwulan pertama 2019 yang juga masih belum menggembirakan.
Dalam laporan keuangan perusahaan yang dipublikasi di laman Bursa Efek Indonesia, pada triwulan I-2019, KAEF mencatatkan rugi Rp 21,77 miliar, membengkak dari periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan kerugian Rp 8,48 miliar. Adapun, penjualan tercatat turun 8,18% menjadi Rp 136,26 miliar dari penjualan di periode yang sama tahun lalu Rp 148,94 miliar.
"Q1 masih belum menggembirakan, penjualan kita juga masih tertekan, kita masih berupaya untuk memperbaiki penjualan dan kita sekarang fokus barang yang harus dijual lebih banyak," kata dia.
Strategi mendiversifikasi portfolio bisnis diyakini dapat memperbaiki kinerja keuangan. "Kuncinya perbaikan portofolio. Tapi kalau bicara industri farmasi tidak bisa cepat, harus membangun, perizinan juga lama, kita harus piloting juga, baru kita terjun ke pasar," kata Herry menambahkan.
Dengan demikian, ia optimistis, tahun ini INAF mampu mencetak laba sebesar Rp 6 miliar dengan pendapatan tumbuh sebesar 13% dari capaian tahun sebelumnya.
(hps/hps)
http://bit.ly/2YdUzjl
May 07, 2019 at 10:51PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekspansi Bisnis Baru, Indofarma Anggarkan Capex Rp 83 M"
Post a Comment