
Badan Statistik Eropa (Eurostat) melaporkan inflasi di bulan April naik menjadi 1,7% (year-on-year), dari bulan sebelumnya sebesar 1,4%, dan lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 1,6%. Kenaikan harga-harga di bulan April tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2018.
Pada periode yang sama, inflasi inti yang tidak memasukkan beberapa item yang volatil, naik menjadi 1,2% dari sebelumnya 0,8%, juga lebih tinggi dari diprediksi 1,0%.
Data ini menjadi kejutan kedua di pekan ini setelah rilis data pertumbuhan ekonomi zona euro yang juga lebih tinggi dari perkiraan.
Pada Selasa (30/4/19) Eurostat melaporkan pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) zona euro kuartal-I 2019 tumbuh 0,4% dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 0,2%. Prediksi pada Forex Factory sebelumnya menunjukkan angka 0,3% sehingga rilis tersebut menjadi kejutan di tengah isu pelambatan ekonomi Eropa.
Kombinasi data PDB dan inflasi seharusnya bisa menopang penguatan euro, namun nyatanya sejak data inflasi dirilis euro terus bergerak turun.
Yang menarik justru euro berhasil memangkas pelemahan setelah rilis data tenaga kerja AS yang variatif. Tingkat pengangguran AS secara mengejutkan turun menjadi 3,6% di bulan April, dari sebelumnya 3,8%. Penambahan jumlah pekerja di luar sektor pertanian melonjak 263.000 orang, dari bulan Maret 189.000 orang, dan lebih tinggi dari prediksi 181.000 di Forex Factory.
Rata-rata upah per jam naik 0,2% sama dengan bulan sebelumnya namun di bawah estimasi 0,3%. Data ini sepertinya membuat dolar sedikit mengalami koreksi mengingat pelaku pasar sebelumnya berekspektasi lebih tinggi.
Namun tetap saja dolar masih cukup kuat untuk menaklukkan euro hingga penutupan perdagangan nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
http://bit.ly/2IZ3Zf4
May 04, 2019 at 03:05AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gagal! Data Inflasi tak Mampu Dongkrak Performa Euro"
Post a Comment