April lalu, saham perusahaan yang dulunya bernama Sumalindo ini juga sempat melejit seiring dengan momen Pilpres 2019 ketika permintaan kayu untuk alat peraga kampanye meningkat.
Pada perdagangan pukul 10.49 WIB, saham SULI melesat 16,92% di level Rp 76/saham, dengan nilai transaksi Rp 1,25 miliar dan volume perdagangan 14,55 juta saham. Namun selama tahun berjalan masih minus 24,75%.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), 9 Mei lalu, manajemen perseroan berencana untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) yang ke-IV sebanyak-banyaknya 2,50 miliar saham baru.
Selain itu, akan disertai dengan penerbitan sebanyak- banyaknya 1.395.420.000 atau 1,39 miliar Waran Seri II kendati harga waran dan harga saham baru belum ditentukan.
"Perseroan merencanakan pelaksanaan penambahan modal dengan memberikan HMETD akan dilaksanakan segera setelah penyataan pendaftaran dalam rangka PMHMETD IV dinyatakan efektif oleh OJK, dengan mengingat bahwa sesuai POJK 32/2015 pelaksanaan tersebut akan dilakukan oleh perseroan dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal persetujuan RUPSLB," tulis manajemen SULI.
Pemegang saham perseroan yang tidak melaksanakan rights issue dapat terdilusi maksimum sebesar 38,54%, s
edangkan pemegang saham yang tidak melaksanakan Waran Seri II miliknya dapat terdilusi maksimum sebesar 17,70%.Mengacu keterbukaan tersebut, pemegang saham SULI saat ini yakni Amir Sunarko 25,68%, Carriedo Limited 21,96%, Deddy Hartawan Jamin 10,42%, UOB Kay Hian Pte Ltd 6,18%, PT SAS Global Jaya 5,46%, dan publik 30,30%.
Dana hasil rights issue akan digunakan untuk melakukan pembayaran utang yang ada baik milik perseroan maupun entitas anak perseroan serta sebagian lagi akan digunakan untuk modal kerja. Adapun dana hasil pelaksanaan Waran Seri II seluruhnya akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja.
Situs resmi SLJ mengungkapkan, bisnis perusahaan terbagi menjadi empat lini yakni pengelolaan hutan alam, industri kayu, energi, dan sumber daya energi lainnya. SLJ didirikan pada 14 April 1980 dengan nama PT Sumalindo Lestari Jaya dan sejak awal dibentuk perseroan mengkhususkan diri di bidang kehutanan dan industri perkayuan.
Pada 2002 PT Astra International Tbk (ASII) bahkan sempat masuk menjadi pemegang saham mayoritas (75%), lalu kemudian menjual seluruh kepemilikan sahamnya kepada PT Sumber Graha Sejahtera (PT SGS).
Pada November 2016, Amir Sunarko selaku presiden direktur perseroan melakukan transaksi pembelian seluruh saham yang dimiliki SGS (24,63%) mekanisme di pasar negosiasi BEI.
Simak ulasan IHSG setelah kisruh demo Pilpres 2019.
[Gambas:Video CNBC]
(hps)
http://bit.ly/2ECpK0x
May 27, 2019 at 06:04PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mau Rights Issue, Saham Emiten Kayu Ini Meroket!"
Post a Comment