Demikian disampaikan Pendiri dan Dewan Penasehat MER-C, Joserizal Jurnalis. Dia menyebut, peristiwa tanggal 21-23 Mei 2019 telah meninggalkan luka yang dalam bagi rakyat Indonesia.
"Terutama bagi yang sangat menghargai nyawa manusia lepas dari persoalan politik, latar belakang etnis, dan lainnya. Korban tewas berjatuhan, begitupun yang trauma ringan sampai berat," tandasnya.
Dia bahkan menilai, harga dari penyelenggaraan Pemilu Presiden 2019 ini teramat mahal. Sebab, belum usai dan terungkap masalah tewasnya lebih dari 600 petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) dan ribuan lainnya yang mengalami sakit, kini rakyat Indonesia sebagai pemegang kedaulatan bangsa kembali harus berduka setelah rentetan peristiwa demonstrasi.
Foto: Foto/Joserizal Jurnalis, Pendiri dan Dewan Penasehat MER-C/Muhammad Choirul/CNBC Indonesia
|
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya merilis bahwa jumlah korban meninggal dalam kerusuhan aksi massa 21-22 Mei 2019 lalu mencapai 8 orang dan sebanyak 737 orang mengalami luka-luka (data per Kamis 23 Mei 2019, pukul 11.00 WIB).
Adapun perinciannya yakni sebanyak 93 orang mengalami luka non-trauma dan 79 orang luka berat. Kemudian, 462 orang mengalami luka ringan dan 95 orang masih dalam pemeriksaan dan belum teridentifikasi luka yang dialami.
Dilihat dari usia, para korban kebanyakan berusia muda, yaitu 20 hingga 29 tahun sebanyak 294 orang dan berusia di bawah 19 tahun mencapai 170 orang.
MER-C mencatat, penanganan demonstran dilakukan dengan kekerasan dan senjata api. Tindakan yang dikecam di antaranya adanya penembakan terhadap anak kecil.
Foto: Bentrokan Anarkis di Kantor Bawaslu, Jakarta Rabu (22/5/2019). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
|
"Aparat masuk ke dalam masjid mengejar demonstran, menembak jarak dekat, orang sudah jatuh masih ditembak, tidak memakai water canon tapi langsung menggunakan gas air mata," bebernya melanjutkan.
Temuan peluru tajam juga didapat dari lapangan dan hasil operasi yang dilakukan tim medis. Di samping itu, dia menyesalkan adanya kesan aparat menghalangi kinerja tim medis.
"Ada penyerangan ambulans dan tindakan represif aparat kepada petugas ambulans. Semua peristiwa ini akan menjadi jejak sejaran yang sulit bagi bangsa ini untuk melupakan dan menghilangkannya," tandasnya.
"Akan selalu tercatat dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Tentu sangat penting mengambil pelajaran agar kejadian ini tidak terulang dan terulang lagi," pungkasnya.
Simak video ketika massa membakar bus Brimob di Slipi.
[Gambas:Video CNBC]
(tas)
http://bit.ly/2HDx2Dm
May 25, 2019 at 10:48PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Peluru Tajam dan Luka Pemilu, MER-C Kecam Tindakan Represif!"
Post a Comment