Search

Perang Dagang Belum Usai, Rebound Obligasi RI Berlanjut

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berlanjut menguat pada awal pekan ini hingga tengah hari, memperpanjang pembalikan arah menjadi menguat (rebound) yang terjadi pada akhir pekan lalu. Rebound tersebut sudah sukses mengakhiri koreksi 13 hari berturut-turut. Penguatan harga hari ini lebih disebabkan oleh meredanya perang dagang China-Amerika Serikat (AS) setelah keluarnya beberapa pernyataan dari kedua pihak yang menghendaki adanya perkembangan positif dari perundingan yang masih akan dilanjutkan. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga SUN tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 2,6 basis poin (bps) menjadi 8,5%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  Seri acuan lain yang menguat adalah tenor 20 tahun, sedangkan yang masih terkoreksi adalah tenor 5 tahun dan 10 tahun.  

Yield Obligasi Negara Acuan 13 Mei'19

Seri Jatuh tempo Yield 10 Mei'19 (%) Yield 13 Mei'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 10 Mei'19
FR0077 5 tahun 7.51 7.516 0.60 7.469
FR0078 10 tahun 8.026 8.029 0.30 7.9632
FR0068 15 tahun 8.532 8.506 -2.60 8.4839
FR0079 20 tahun 8.621 8.597 -2.40 8.5971
Avg movement -1.02
Sumber: Refinitiv Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 559 bps, melebar dari posisi kemarin 557 bps.  Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,43% dari posisi 2,45% di akhir pekan lalu. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 959,91 triliun SBN, atau 38,32% dari total beredar Rp 2.505 triliun berdasarkan data per 6 Mei.  Angka kepemilikannya masih positif Rp 66,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti koreksi yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya melemah 0,24% dan 0,45%.Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara di luas dai Brasil, China, India, Singapura, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, pasar yang menguat hanyalah pasar bund di Jerman dan dolar AS.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara Yield 10 Mei'19 (%) Yield 13 Mei'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 8.81 8.79 -2.00
China 3.314 3.299 -1.50
Jerman -0.047 -0.049 -0.20
Perancis 0.343 0.352 0.90
Inggris 1.131 1.136 0.50
India 7.414 7.402 -1.20
Jepang -0.048 -0.048 0.00
Malaysia 3.795 3.797 0.20
Filipina 5.783 5.796 1.30
Rusia 8.14 8.15 1.00
Singapura 2.166 2.146 -2.00
Thailand 2.47 2.46 -1.00
Amerika Serikat 2.455 2.437 -1.80
Afrika Selatan 8.55 8.46 -9.00
Sumber: Refinitiv  TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2YmDsMp
May 13, 2019 at 08:09PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Perang Dagang Belum Usai, Rebound Obligasi RI Berlanjut"

Post a Comment

Powered by Blogger.