Search

Sudah Bagus Menguat, Rupiah Kok Jadi Loyo?

Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat menguat kini berbalik melemah. Sepertinya sentimen eksternal yang negatif memang sulit untuk dilawan. Pada Jumat (24/5/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.460. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Padahal kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat 0,14%. Namun penguatan itu menipis, habis, dan rupiah pun harus terdorong ke zona merah. Rupiah senasib degan mata uang utama Asia yang awalnya perkasa tetapi berbalik lesu. Kini tinggal dolar Hong Kong, ringgit Malaysia, dan baht Thailand yang masih bisa bertahan menghijau. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:05 WIB:  
Tidak cuma di Asia, dolar AS juga menguat secara global. Pada pukul 09:06 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.

Investor tampaknya mulai khawatir terhadap risiko perang dagang AS-China yang mungkin berlangsung lama dan menyakitkan. AS bahkan sudah bersiap dengan memperkenalkan paket kebijakan baru untuk membantu para petani senilai US$ 16 miliar.

Sebagian besar dari anggaran US$ 16 miliar tersebut, tepatnya US$ 14,5 miliar, digunakan untuk menyerap hasil pertanian baik itu kedelai, jagung, dan sebagainya. Akan ada tiga tahap penyerapan hasil panen, tahap pertama akan berlangsung pada akhir Juli.

China adalah pengimpor terbesar hasil pertanian AS, terutama kedelai. Data US Department of Agriculture menyebutkan bahwa pada Maret 2019, ekspor kedelai AS ke China mencapai 1,37 juta ton, melonjak 31,73% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Jika AS terus galak terhadap China, maka aksi balas dendam dari Negeri Tirai Bambu bukan tidak mungkin berupa pengurangan pembelian kedelai. Namun AS sudah siap dengan konsekuensi tersebut, meski harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

China juga seolah-olah enggan melanjutkan negosiasi dengan AS. Beijing menilai negosiasi harus didasari kepentingan bersama, bukan kehendak satu pihak saja.

"Jika AS ingin melanjutkan perundingan dagang, maka mereka harus tulus dan memperbaiki kesalahannya. Negosiasi hanya bisa berlanjut bila didasari kesamaan dan saling menghormati. Kami memantau perkembangan terkini dan siap melakukan langkah-langkah yang diperlukan," tegas Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, mengutip Reuters.

Perang dagang AS-China tentu akan mempengaruhi perekonomian global. Sebab saat dua negara ini gontok-gontokan, maka akan menghambat arus perdagangan dan rantai pasok dunia. Ekspor dan industri berbagai negara akan melambat, tidak terkecuali Indonesia.

Risiko yang menakutkan tersebut membuat investor memilih bermain aman, ogah dekat-dekat dengan aset berisiko. Akibatnya, rupiah kekurangan 'darah' berupa arus modal sehingga lesu dan melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2W00oVf
May 24, 2019 at 04:18PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Sudah Bagus Menguat, Rupiah Kok Jadi Loyo?"

Post a Comment

Powered by Blogger.