
Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto menjelaskan, target tersebut hanya dapat tercapai apabila pemerintah segera menyelesaikan harmonisasi tarif/perpajakan kendaraan supaya harga mobil listrik dapat bersaing dengan mobil bermesin konvensional.
"Kalau di 2025 targetnya penjualan 2 juta unit, berarti kan 400 ribunya mobil listrik. Ini bukan target mudah, kecuali tarifnya diturunkan supaya harganya terjangkau," kata Jongkie usai press briefing Outlook Otomotif 2019 di gedung UOB, Kamis (24/1/2019).
Dia mencontohkan, pemerintah Malaysia telah menurunkan tarif bagi mobil hybrid sejak 2-3 tahun lalu sehingga harganya lebih murah dibandingkan mobil biasa.
"Kenapa? Karena mobil ini sangat hemat bahan bakar. Tipe plug-in hybrid itu 1 liter bensin bisa menempuh 75 km. Artinya, Jakarta-Bandung cuma butuh 3 liter," jelasnya.
Menurut Jongkie, kendaraan listrik (low carbon emission vehicle/LCEV) merupakan solusi ampuh mengurangi kebutuhan BBM di Tanah Air sehingga impor migas sebagai penyebab utama defisit neraca dagang bisa ditekan.
Selain itu, mobil listrik juga menjawab permasalahan polusi udara dengan menekan kadar emisi dari kendaraan.
"Hampir semua merk otomotif saat ini sudah punya LCEV. Sekarang, mereka menunggu harmonisasi tarif/perpajakan diumumkan [sebelum masuk ke pasar Indonesia]. Nanti mereka akan berhitung, ekonomis nggak jual dengan harga segini di Indonesia," tegasnya.
[Gambas:Video CNBC] (gus)
http://bit.ly/2DxkqeN
January 25, 2019 at 01:09AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pak Jokowi, Contoh Malaysia Dulu Jika Mau Kebut Mobil Listrik"
Post a Comment