Search

Ada Risiko Perlambatan Ekonomi, Harga Batu Bara Makin Susut

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei di bursa Intercontinental Exchange (ICE) ditutup melemah 0,12% di posisi US$ 83,65/metrik ton pada perdagangan Jumat (24/5/2019) pekan lalu. Dalam sepekan, harga batu bara juga tercatat turun 0,54% secara point -to-point.

Bayang-bayang penurunan permintaan energi semakin pekat setelah China dikabarkan tidak lagi memiliki hasrat untuk melanjutkan perundingan dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Kabar tersebut menyusul pemutusan kerjasama yang dilakukan berbagai perusahaan di seluruh dunia dengan raksasa teknologi asal China, Huawei.

Penyebabnya adalah AS yang memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam. Artinya perusahaan AS dilarang untuk melakukan transaksi dengan Huawei, kecuali mendapat izin resmi dari pemerintah.

China mengatakan bahwa keputusan AS tersebut dapat mempengaruhi proses negosiasi yang sedianya masih berlangsung.

"Jika AS ingin melanjutkan perundingan dagang, maka mereka harus tulus dan memperbaiki kesalahannya. Negosiasi hanya bisa berlanjut bila didasari kesamaan dan saling menghormati. Kami memantau perkembangan terkini dan siap melakukan langkah-langkah yang diperlukan," tegas Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, mengutip Reuters.

Sebelumnya, AS sudah memberlakukan bea impor 25% (naik dari yang semula 10%) terhadap produk China senilai US$ 200 miliar. Negeri Tirai Bambu membalas dengan mengumumkan tambahan tarif 5%-25% untuk aneka produk made in USA mulai 1 Juni 2019 mendatang.

Kini AS masih mengkaji dampak tarif 25% untuk produk China lain senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya tidak ada tarif sama sekali bagi konsumen. Bila tidak ada halangan, tarif tersebut akan berlaku dalam waktu kurang lebih satu bulan ke depan.

Tanpa adanya kesepakatan, atau perundingan, maka potensi eskalasi perang dagang semakin menjadi-jadi. Bila itu terjadi, rantai pasokan global akan semakin melambat dan membuat gairah industri menjadi lesu.

Terlebih sekarang nasib perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) semakin tak pasti. Perdana Menteri Inggris, Theresa May pada akhir pekan lalu mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya mulai 7 Juni 2019 nanti.

Nama-nama yang digadang-gadang menjadi pengganti May tampaknya malah agresif untuk membuat Brexit tanpa kesepakatan apapun (no deal Brexit).

"Kami akan meninggalkan Uni Eropa pada 31 Oktober. Deal or no deal!" tegas Boris Johson, mantan menteri luar negeri, mengutip Reuters.

Bila nanti benar Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa mengantongi kesepakatan apapun, maka sekali lagi, aliran perdagangan internasional akan mendapat hambatan. Terlebih Inggris merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia.

Dampaknya, permintaan energi akan sulit tumbuh, atau bahkan berkurang karena ekonomi global semakin lambat.

Batu bara yang masih merupakan salah satu sumber energi terbesar di dunia tentu saja menghadapi ancaman permintaan yang serius. Mengoleksi kontrak batu bara menjadi kurang menarik, mengingat risiko koreksi nilai yang kian memuncak.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2HDhyyV
May 27, 2019 at 04:58PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ada Risiko Perlambatan Ekonomi, Harga Batu Bara Makin Susut"

Post a Comment

Powered by Blogger.