
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 5,3 basis poin (bps) menjadi 8,01%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Mei'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 14 Mei'19 (%) | Yield 15 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 14 Mei'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.548 | 7.516 | -3.20 | 7.4951 |
FR0078 | 10 tahun | 8.065 | 8.012 | -5.30 | 8.0508 |
FR0068 | 15 tahun | 8.579 | 8.547 | -3.20 | 8.559 |
FR0079 | 20 tahun | 8.648 | 8.612 | -3.60 | 8.6172 |
Avg movement | -3.83 |
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun tersebut mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya justru turun mirip yaitu 0,07% dan 0,07%. Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas dengan penguatan yang hanya terjadi di Brasil, India, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, OAT Perancis, dan gilt Inggris.
Dari dalam negeri sentimen datang dari rilis data ekspor dan impor pada April 2019, serta laporan neraca perdagangan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada periode tersebut ekspor tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year on year, impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%. Dengan hasil tersebut neraca perdagangan pada April 2019 mencatatkan defisit hingga US$ 2,5 miliar.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 13 Mei'19 (%) | Yield 14 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.9 | 8.81 | -9.00 |
China | 3.296 | 3.3 | 0.40 |
Jerman | -0.071 | -0.073 | -0.20 |
Perancis | 0.328 | 0.325 | -0.30 |
Inggris | 1.106 | 1.101 | -0.50 |
India | 7.388 | 7.378 | -1.00 |
Jepang | -0.049 | -0.049 | 0.00 |
Malaysia | 3.82 | 3.82 | 0.00 |
Filipina | 5.79 | 5.79 | 0.00 |
Rusia | 8.16 | 8.16 | 0.00 |
Singapura | 2.134 | 2.162 | 2.80 |
Thailand | 2.46 | 2.455 | -0.50 |
Amerika Serikat | 2.419 | 2.412 | -0.70 |
Afrika Selatan | 8.525 | 8.49 | -3.50 |
(irv/tas)
http://bit.ly/2LJfsSm
May 15, 2019 at 06:47PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AS-China Agak Mereda, Harga Obligasi Langsung Menguat"
Post a Comment