Search

AS-China Agak Mereda, Harga Obligasi Langsung Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat signifikan pada perdagangan Rabu ini (15/5/2019) di luar ekspektasi karena sedikit meredanya tensi perang dagang China-Amerika Serikat (AS).  Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak sejalan seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah mayoritas negara berkembang yang lain.  Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 5,3 basis poin (bps) menjadi 8,01%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Mei'19
Seri Jatuh tempo Yield 14 Mei'19 (%) Yield 15 Mei'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 14 Mei'19
FR0077 5 tahun 7.548 7.516 -3.20 7.4951
FR0078 10 tahun 8.065 8.012 -5.30 8.0508
FR0068 15 tahun 8.579 8.547 -3.20 8.559
FR0079 20 tahun 8.648 8.612 -3.60 8.6172
Avg movement -3.83
Sumber: Refinitiv Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 560 bps, menyempit dari posisi kemarin 565 bps.  Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,41% dari posisi kemarin 2,4%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun merupakan indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat.  
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
 Inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun tersebut mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya justru turun mirip yaitu 0,07% dan 0,07%. Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas dengan penguatan yang hanya terjadi di Brasil, India, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, OAT Perancis, dan gilt Inggris.

Dari dalam negeri sentimen datang dari rilis data ekspor dan impor pada April 2019, serta laporan neraca perdagangan dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Pada periode tersebut ekspor tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year on year, impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%. 
Dengan hasil tersebut neraca perdagangan pada April 2019 mencatatkan defisit hingga US$ 2,5 miliar.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara Yield 13 Mei'19 (%) Yield 14 Mei'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 8.9 8.81 -9.00
China 3.296 3.3 0.40
Jerman -0.071 -0.073 -0.20
Perancis 0.328 0.325 -0.30
Inggris 1.106 1.101 -0.50
India 7.388 7.378 -1.00
Jepang -0.049 -0.049 0.00
Malaysia 3.82 3.82 0.00
Filipina 5.79 5.79 0.00
Rusia 8.16 8.16 0.00
Singapura 2.134 2.162 2.80
Thailand 2.46 2.455 -0.50
Amerika Serikat 2.419 2.412 -0.70
Afrika Selatan 8.525 8.49 -3.50
Sumber: Refinitiv  TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2LJfsSm
May 15, 2019 at 06:47PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "AS-China Agak Mereda, Harga Obligasi Langsung Menguat"

Post a Comment

Powered by Blogger.